Peresmian Diundur, Ini Arti dan Fungsi Gedung Bersejarah Sarinah

IDXChannel - Peresmian Gedung baru Sarinah akan dilaksanakan pada Maret 2022. Waktu tersebut tercatat mundur dari target sebelumnya yakni Agustus atau November 2021, namun gedung ini menyimpan makna sejarah dan fungsi besar bagi perkembangan Indonesia.
Kabar tersebut disampaikan Menteri BUMN Erick Thohir saat melakukan tinjauan langsung proses renovasi gedung Sarinah di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat. Alasan penundaan karena adanya pandemi Covid-19 yang menyebabkan pemerintah menetapkan PPKM di Jawa dan Bali.
"Ini bagian dari pengecekan yang kita lakukan secara terus menerus, saya sudah ke sini 3 kali, Pak Wamen juga sekali. Dan progresnya sangat bagus. Dan kita rencanakan di awal bulan Agustus waktu itu, cuman karena situasi pandemi, kita putuskan nanti untuk pembukaannya di Maret tahun depan," ujar Erick, Selasa (28/9/2021).
Gedung Sarinah sebagai peninggalan sejarah, kata Erick, tidak bisa dilupakan. Proses renovasi gedung yang dibangun Presiden Soekarno sejak 17 Agustus 1962 menjadi bukti bahwa pemerintah tetap menjaga agar cagar budaya itu tetap kokoh.
"Dan saya rasa ini membuktikan bahwa sejarah tidak boleh dilupakan di sinilah kenapa Sarinah terus kita rawat untuk menjadi dari bagian sejarah, tetapi dengan ekosistem yang baru, bisnis model yang baru," katanta.
Peresmian gedung Sarinah nantinya menandakan kembalinya masa kejayaannya yang dibangun oleh Soekarno Putra sejak memimpin Indonesia. Dimana, sang proklamator menginginkan Indonesia memiliki pusat perbelanjaan modern yang diintegrasikan atau didasarkan pada kultur bangsa Indonesia
Usai peresmian, Mantan Bos Inter Milan itu meyakini Sarinah akan memperjuangan sepuluh produk Indonesia yang berasal dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk dipasarkan di kancah global. Produk tersebut beragam, dua di antaranya adalah coklat dan yang sudah dikurasi oleh pihak berwenang.
Di sisi bisnis, PT Sarinah (Persero) nantinya menyediakan tempat bagi UMKM di Gedung Sarinah. Bahkan, manajemen pelat merah ini akan berupaya agar produk-produk UMKM mampu bersaing di pasar global.
Meski begitu, dalam skema bisnis baru ini, manajemen tetap mengakomodir produk asing. Namun dengan catatan, pelaku pasar dari produk asing bisa bekerja sama dengan UMKM.
Transformasi Sarina juga mengikuti tren pasar saat ini karena bisnis ritel bersifat sangat dinamis. Karena itu, manajemen akan menyediakan trading house yang akan mempertemukan pembeli dan penjual produk UMKM yang berorientasi pada ekspor. (TYO)