"Yang kedua adalah dengan mengurangi penggunaan energi fosil, melalui penghentian pembangkit listrik tenaga batubara dan pembangkit listrik siklus gabungan secara bertahap, tidak ada pembangkit listrik batubara tambahan kecuali sudah memiliki Perjanjian Pembelian Daya atau dalam tahap konstruksi, antara lain dengan, penyebaran teknologi CCS / CCUS untuk minyak dan gas serta pembangkit listrik, dan konversi pembangkit listrik tenaga diesel menjadi pembangkit listrik energi baru atau terbarukan," papar Ego.
Terakhir, tambah Ego, melalui pengembangan interkoneksi transmisi dan smart grid di pulau-pulau besar.
Sementara itu, pemerintah Amerika Serikat melalui Charge d'Affaires U.S Embassy di Jakarta dalam sambutannya menyampaikan, "Ini adalah pekerjaan penting. Kita bertukar pikiran, dan meningkatkan momentum dan kecepatan sebagaimana akan ada pertemuan Glasgow bulan November (COP). Ambisi kolektif seperti perubahan iklim adalah hal penting, mari terus melanjutkan progres. Hal ini bukanlah isu bilateral dan politis semata, bukan untuk kita, tapi untuk anak-anak kita dan planet kita," ungkap Michael Kleine.
Hingga saat ini pertemuan masih berlangsung secara back to back dalam 2 sesi, Sesi ke-1 membahas Power Sector and Renewable Energy Integration, dan Low Carbon Technology, dan sesi ke-2 membahas Fossil Energy, Mining Sector to Support Energy Transition and Investing in the Energy Transition. (NDA)