"Waktu PPKM darurat itu drastis. Angka kasar tiap hari waktu PPKM (darurat dan level 4) hanya bisa jual keripik tempe saja all varian antara 50 - 100, sekarang 400an sehari. Semenjak PPKM turun level ini Alhamdulillah retail kami mulai normal," jelasnya.
"Normal di toko kami. Jadi saya lihat laporan penjualan harian sudah mulai normal malah sama seperti sebelum pandemi," tambahnya.
Kini tantangan kembali menerpa Trio, kenaikan harga minyak goreng hingga 30 persen memaksanya untuk menyiasati produksi keripik tempe. Ia memang tak berani menaikkan harga keripik tempe karena takut kehilangan pelanggan, tetapi ia memilih untuk mengurangi ukuran keripik tempenya, agar tak mengalami kerugian signifikan.
"Pasti turun (omzet pendapatannya), tapi tidak terlalu banyak, mainnya kuantitas. Kita menutupi dengan memperkecil ukuran keripik tempe. Kita nggak apa - apa untung sedikit, yang penting banyak kejualnya," pungkasnya. (TIA)