Jepang adalah importir LNG terbesar di dunia yang membeli 72 juta ton pada 2022, dengan sebanyak 10% berasal dari Rusia. Ketika hubungan dengan Moskow menjadi tegang, Jepang tidak mungkin mendapatkan pasokan LNG dari proyek Sakhalin-2.
Dilansir dari NikkeiAsia (11/10), terdapat risiko geopolitik lainnya, di mana Jepang bergantung pada 40% impor LNG, dan sempat mempertimbangkan terbatasnya ekspor LNG di tengah kekurangan gas dalam negeri pada 2022. Karena gas alam sulit untuk ditimbun, Jepang harus melakukan diversifikasi pengadaan untuk membatasi risiko pasokan.
LNG dapat dibeli melalui kontrak spot atau kontrak jangka panjang yang berlangsung selama 5 hingga 20 tahun. Namun kontrak jangka panjang, yang dapat membantu membatasi risiko fluktuasi harga jangka pendek, sudah terjual habis hingga 2026.
Menurut statistik perdagangan tahun 2022 dari Kementerian Keuangan, Jepang juga telah meningkatkan pengadaan LNG dari A.S, melalui impor yang berjumlah 4,13 juta ton, naik empat kali lipat dibandingkan lima tahun lalu.
Keputusan JERA untuk tidak memperbarui kontrak jangka panjang selama lebih dari 5 juta ton per tahun dengan Qatar pada tahun 2021 memperburuk hubungan antara Toyko dan Doha. Untuk mengatasi hal ini, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida bertemu dengan Emir Tamim bin Hamad al-Thani pada bulan Juli dan meminta pasokan LNG yang stabil. (ADF)