Panen Cuan
Dengan kondisi tersebut, tak heran jika perusahaan migas raksasa dunia mendulang cuan pada tahun lalu. Itu karena perusahaan minyak menghasilkan uang dengan menemukan cadangan minyak dan gas yang terkubur di bebatuan di bawah permukaan bumi, dan mengebor untuk melepaskannya.
Biaya tidak bervariasi sebanyak harga naik atau turun, tetapi uang yang mereka hasilkan dari penjualan itu. Jadi, ketika harga minyak melonjak setelah invasi Ukraina, uang yang dihasilkan perusahaan-perusahaan ini dari penjualan minyak dan gas juga meningkat secara besar-besaran.
Sehingga invasi Rusia ke Ukraina mampu mendorong laba perusahaan-perusahaan migas araksakasa. Pada Selasa pekan lalu, BP melaporkan rekor keuntungan tahunan sebesar USD27,7 miliar(Rp422 triliun) pada 2022.
Angka tersebut diperoleh karena mengurangi rencana untuk mengurangi jumlah minyak dan gas yang diproduksi pada 2030. Keuntungan tersebut dua kali lipat dari angka tahun sebelumnya.
Pada bulan ini, Shell juga melaporkan laba tertinggi dalam 115 tahun. Keuntungan mencapai USD39,9 miliar (Rp607,33 triliun) pada 2022, dua kali lipat dari total tahun sebelumnya.
Selain itu, Cheron mengantongi laba hingga USD37 miliar dan ExxonMobil mendapatkan cuan pada tahun lalu hingga USD59 miliar.
Dengan capaian tersebut, investor yang memegang saham perusahaan migas raksasa seperti BP, Shell, dan perusahaan minyak global lainnya bisa mendapatkan keuntungan. Beberapa keuntungan ekstra dibayarkan kepada pemegang saham melalui dividen yang lebih tinggi, dan pembelian kembali saham (yang meningkatkan harga saham).
Meski begitu, keuntungan besar perusahaan migas justru menyebabkan masyarakat di seluruh dunia berjuang untuk membayar tagihan energi dan bahan bakar kendaraan mereka. Seruan untuk menerapkan pajak yang lebih tinggi pada perusahaan migas tersebut di sejumlah negara Barat pun terus berlanjut.
(FRI)