Dalam paparannya, Dannif menyebutkan, guna mengoptimalkan produksi migas, PHE menjalankan berbagai strategi, termasuk eksplorasi wilayah baru, reaktivasi sumur yang belum berproduksi, serta penerapan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR).
Teknologi seperti waterflood dan steamflood diterapkan untuk meningkatkan efisiensi produksi dari sumur yang sudah beroperasi lama.
Selain itu, percepatan proyek greenfield atau lapangan baru juga menjadi prioritas.
Subholding Upstream Pertamina saat ini berkontribusi 69 persen terhadap produksi minyak nasional dan 37 persen terhadap produksi gas nasional. Dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2025, produksi minyak Pertamina ditargetkan mencapai 416 ribu barel minyak per hari (MBOPD) dan produksi gas sebesar 2.536 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).
Ke depan, PHE akan terus mendorong efisiensi operasi dan mencari peluang eksplorasi baru.
“Dengan strategi yang tepat, industri migas Indonesia masih memiliki potensi besar untuk berkembang dan terus menjadi pilar utama ketahanan energi nasional,” tutur Dannif.
Potensi besar ini terlihat pada pencapaian PHE dalam eksplorasi migas pada 2024. Tahun lalu, realisasi temuan sumber daya migas kontijen 2C Recoverable Subholding Upstream Pertamina Group mencapai 652 juta barel standar minyak (MMBOE) atau 2C Inplace sebesar 1.75 BBOE.