Sedangkan, Tanzania selaku Beneficiary Partner atau menjadi pihak yang mempelajari pengetahuan dan keahlian dari Pivotal Partner, dengan target pelatihan sesuai kebutuhan dan prioritas industri kulit di
negara tersebut.
Kerja sama triangular cooperation atau kerja sama tiga negara antara Indonesia, Tanzania, dan Jerman ini telah direncanakan, diimplementasikan, dan dievaluasi oleh program South-South Triangular Cooperation (SSTC) Technical and Vocational Educational Training (TVET). Pembiayaan program dilakukan secara co-sharing dari pihak-pihak yang terlibat.
Tanzania merupakan negara kedua di Afrika yang memiliki populasi hewan ternak terbanyak setelah Ethiopia. Industri kulit memiliki potensi besar karena banyaknya kulit yang tersedia dari populasi hewan ternak yang tinggi tersebut. Akan tetapi, SDM kompeten di industri kulit masih menjadi tantangan tersendiri bagi negara tersebut.
"Ini adalah kesempatan untuk meningkatkan kualitas produk kulit di Tanzania. Pelatihan ini merupakan hal yang penting untuk membantu menghadapi tantangan SDM industri kulit kami," ujar Staf Kementerian Industri dan Perdagangan Tanzania, Lugano Wilson.
Direktur Kerja Sama Pembangunan Internasional Kementerian Luar Negeri Maria Renata Hutagalung, melihat potensi industri kulit di Tanzania. Menurut laporan FAO pada 2020, aktivitas peternakan berkontribusi 7,6% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Tanzania.
Banyaknya hewan ternak dan tersedianya SDM yang memadai dapat menjadi keuntungan bagi Tanzania untuk memenuhi permintaan kulit dan produk kulit secara domestik, nasional, dan internasional. (NIA)