IDXChannel - Direktur Pelaksana Lembaga Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF), Kristalina Georgiva meminta 190 negara anggota IMF untuk mengencangkan ikat pinggang. Ini menyusul ancaman resesi global 2023 yang disebutnya dunia gelap.
"Kencangkan ikat pinggang dan teruslah berjalan," kata Georgiva dalam pertemuan tahunan IMF-World Bank 2022, seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (17/10/2022).
Pada pertemuan di Washington DC itu, aara menteri keuangan dan gubernur bank sentral berusaha mempertahankan pemulihan ekonomi dunia yang goyah dari pandemi, khawatir invasi Rusia ke Ukraina terus mengganggu stabilitas Eropa dan menghalangi upaya mendorong pertumbuhan.
Rencana pemotongan pajak oleh Inggris yang mengguncang pasar dan menyebabkan penggulingan Menteri Keuangan, Kwasi Kwarteng juga mewarnai diskusi tersebut. Termasuk kenaikan suku bunga The Fed yang mendorong penguatan dolar AS.
Di sisi lain, keputusan Arab Saudi untuk memimpin pengurangan produksi minyak OPEC+ dinilai berisiko ketika Eropa berjuang dengan krisis energi dan AS mencoba mengendalikan inflasi terpanasnya dalam empat dekade.
Doug Rediker, Mantan Anggota Dewan Eksekutif IMF mencatat, kurangnya keterlibatan tingkat tinggi dari China, ekonomi terbesar kedua dan kreditur utama ke negara-negara berkembang. "Ini menghalangi kemampuan untuk membuat kemajuan yang sebenarnya."
"Itu adalah minggu yang cukup pesimistis secara keseluruhan," ucap Rediker.
Goergiva mengatakan, "kita tidak mungkin membiarkan perpecahan terjadi karena semua orang akan lebih miskin. Ini akan menghancurkan pasar negara berkembang yang berpenghasilan rendah dan miskin."
Dengan sekitar 60% dari 75 negara termiskin di dunia, sudah atau berisiko mengalami kesulitan utang, menurut Menteri Keuangan Janet Yellen hingga Situmbeko Musokotwane dari Zambia yang mendesak negara-negara kaya untuk berbuat lebih banyak guna membantu mereka yang rentan dalam merestrukturisasi utang.
IMF sebelumnya telah menurunkan prospek pertumbuhan ekonomi global, memperingatkan bahwa upaya bank sentral meredam inflasi dapat menyebabkan kerugian yang lebih besar. Itu karena tarif yang lebih tinggi memperlambat aktivitas bisnis dan merugikan ekonomi.
"Orang-orang mengharapkan bank sentral terus menekan rem sampai sesuatu benar-benar pecah dalam ekspansi," tulis Ekonom JPMorgan Chase & Co. "Risiko terbesar tetap merupakan resesi yang dipicu bank sentral."
"Semua orang tampak sangat khawatir," kata Paulo Guedes, Menteri Ekonomi Brazil. "Beberapa orang mengatakan, bank sentral perlu memiliki hati dan ingat bahwa di balik setiap kenaikan suku bunga, ada orang yang menderita."
Georgieva mendesak kementerian keuangan untuk membuat langkah-langkah "bertarget dan sementara" untuk mengurangi rasa sakit yang disebabkan oleh suku bunga yang lebih tinggi, tanpa mempersulit upaya bank sentral.
Sekadar informasi, IMF sebelumnya menyebut 31 negara akan masuk dalam jurang resesi di tahun depan. Hal ini ditunjukkan dalan laporan World Economic Outlook "Countering the Cost-of-Living Crisis" yang dirilis baru-baru ini.
"(Resesi teknis) terlihat di beberapa titik selama 2022-2023 di sekitar 43 persen ekonomi dengan perkiraan data kuartalan, tercatat 31 dari 72 ekonomi (negara). Itu sama dengan lebih dari sepertiga PDB dunia," tulis laporan IMF.
(FAY)