"Kami (WHO) percaya bahwa transfer hub ini menjanjikan, tidak hanya meningkatkan ketersediaan vaksin Covid-19 secara global, tetapi juga untuk penyakit lain seperti malaria, TBC, maupun kanker," kata Tedros.
Tedros mengatakan bahwa salah satu hambatan utama keberhasilan transfer teknologi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah adalah kurangnya tenaga kerja terampil dan sistem peraturan yang lemah.
"Dengan membangun keterampilan tersebut, diharapkan negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah dapat memproduksi produk kesehatan yang mereka butuhkan dengan standar kualitas yang baik, sehingga mereka tidak lagi harus menunggu antrean," katanya.
Selain Indonesia, negara berpenghasilan rendah dan menengah yang mendapat mandat istimewa dari WHO ini adalah Bangladesh, Pakistan, Serbia, dan Vietnam.
"Lima negara ini diperiksa dan dinilai oleh sekelompok ahli dan membuktikan bahwa mereka memiliki kapasitas untuk menyerap teknologi mRNA serta dengan pelatihan yang ditargetkan bergerak ke tahap produksi dengan relatif cepat," ungkap laporan WHO.