Dalam survei tersebut Sri Lanka berada di posisi pertama dengan persentase 85%, New Zealand 33%, Korea Selatan 25%, Jepang 25%, China 20%, dan Hong Kong 20%.
Kemudian Australia tercatat 20%, Taiwan 20%, diikuti oleh Pakistan 20%, Malaysia 13%, Vietnam 10%, Thailand 10%, Filipina 8%, Indonesia 3%, dan India 0%.
"Indikator neraca pembayaran, APBN, dan ketahanan, juga sektor korporasi dan rumah tangga maupun sektor lainnya relatif lebih baik dibandingkan negara-negara lainnya. Angka kita 3%, jauh dibandingkan negara-negara lain yang tembus 70% (potensi resesinya)," ujar Sri.
Kendati risiko yang persentasenya kecil, Sri mengatakan pihaknya akan terus waspada dan berhati-hati dalam membuat kebijakan. Hal itu mengingat masih ada risiko ketidakpastian global terutama terkait inflasi dan resesi, atau stagflasi yang diproyeksi berlangsung sampai tahun depan.
(FRI)