Pandu Riono, ahli epidemiologi yang terlibat dalam survei yang mencakup sekitar 22.000 responden tersebut mengatakan tingkat kekebalan ini bisa menjelaskan mengapa belum ada lonjakan infeksi COVID-19 yang signifikan di Indonesia sejak pertengahan tahun 2021.
“Antibodi ini kemungkinan bisa memberikan perlindungan terhadap varian baru, termasuk Omicron yang sangat menular, kata Pandu, seperti dikutip Reuters, Kamis (6/1/2022).
Ia menambahkan, temuan survei ini harus masih diperiksa untuk menilai bagaimana berbagai merek vaksin COVID-19 yang ada dapat berkontribusi pada tingkat antibodi yang berbeda.
Terkait hasil survei ini, Dicky Budiman ahli epidemiologi Universitas Griffith Australia (yang tidak ikut dalam survei di atas) memperingatkan bahwa hasil temuan survei ini harus disikapi dengan bijak, diperlakukan dengan hati-hati karena tingkat vaksinasi Indonesia nyatanya masih tertinggal di antara banyak negara dan tidak ada jaminan berapa lama antibodi tersebut bisa bertahan.
(NDA)