Kemudian rata-rata utilisasi industri pengolahan nonmigas sepanjang pemerintahan Presiden Prabowo mencapai 62 persen, yang menandakan masih terbuka luas ruang ekspansi kapasitas produksi manufaktur nasional. Tak hanya itu, dalam setahun optimisme pelaku usaha juga terlihat dari Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang berada di angka 53,02 pada September 2025. Berkesesuaian dengan IKI, Purchasing Managers Index (PMI) pada bulan September 2025 tercatat di angka 50,4.
“Angka ini menunjukkan kecenderungan ekspansif dan kepercayaan tinggi pelaku usaha terhadap prospek industri nasional,” kata Agus.
Selain itu, berdasarkan data Kementerian Perindustrian (Kemenperin) beberapa subsektor mencatat kinerja di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan tertinggi ditunjukkan oleh Industri Logam Dasar (12,27 persen), disusul Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki (8,13 persen), serta Industri Makanan dan Minuman (6,18 persen).
Selain itu, subsektor seperti Industri Barang Logam, Elektronik, dan Peralatan Listrik, Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional, serta Industri Mesin dan Perlengkapan juga menunjukkan performa solid dengan pertumbuhan 5–6 persen.
Namun, Agus mengakui masih ada subsektor yang menghadapi tantangan, seperti Industri Furnitur (3,49 persen), Kertas (2,55 persen), Karet dan Plastik (2,27 persen), serta Pengolahan Tembakau (0,87 persen). Beberapa bahkan mencatat kontraksi, seperti Industri Kayu dan Anyaman (-1,18 persen) serta Industri Alat Angkutan (-1,91 persen).