sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Sempat Jaya di Era Pandemi, Biaya Pengapalan Peti Kemas Global Anjlok

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
25/01/2023 12:23 WIB
Jatuhnya biaya pengiriman adalah berita bagus untuk semua orang kecuali perusahaan pengirim barang.
Sempat Jaya di Era Pandemi, Biaya Pengapalan Peti Kemas Global Anjlok. (Foto: Evergreen)
Sempat Jaya di Era Pandemi, Biaya Pengapalan Peti Kemas Global Anjlok. (Foto: Evergreen)

IDXChannel - Lebih dari satu tahun yang lalu, publik dikejutkan dengan kemacetan kapal-kapal pembawa container atau peti kemas di banyak pelabuhan utama dunia.

Tepatnya, di era outbreak Covid-19 masih tinggi, mendorong biaya pengiriman peti kemas global sempat mencapai rekor tertinggi.

Namun, seminggu belakangan, biaya pengiriman telah turun secara signifikan, dengan tarif untuk beberapa rute mendekati tingkat pra-pandemi.

Berdasarkan data Freightos Baltic Index (FBX), indeks patokan yang umum untuk tarif angkutan laut global, mencatatkan harga pengiriman telah turun 80% sejak puncaknya pada akhir 2021.

Saat ini, indeks tarif peti kemas global berada di level USD2.178, turun dari puncaknya pada September 2021 yang mencapai USD11.109. Sebelumnya, tarif peti kemas dunia naik lebih dari enam kali lipat menjelang akhir 2021 dari tingkat pra-Covid-19.

Sementara biaya pengiriman peti kemas dari Asia ke AS memuncak pada USD8.585 pada Maret tahun lalu dan saat ini anjlok di kisaran USD1.300an, angka terendah sejak 2018, menurut indeks yang disusun oleh Drewry Shipping Consultants.

Penyebab Inflasi Yang Tidak Diperhitungkan

Sebagian besar perdagangan dilakukan di lautan, sehingga meroketnya biaya pengiriman dapat mendatangkan malapetaka pada ekonomi global.

Sebuah studi baru-baru ini dari IMF, yang mencakup 143 negara selama 30 tahun terakhir, menemukan bahwa biaya pengiriman merupakan faktor penting penyebab inflasi di seluruh dunia.

Jonathan D. Ostry, profesor ekonomi terapan di Universitas Georgetown dan mantan penjabat direktur IMF  Asia dan Pasifik, mengatakan Lonjakan biaya pengiriman di era pandemi adalah smoking gun alias bukti nyata yang dapat menggambarkan situasi lonjakan inflasi global, dan penurunan tajam dalam biaya pengiriman laut ini.

Menurutnya, ini akan berkontribusi pada pelonggaran tekanan harga.

Sebuah studi yang dilakukan oleh Ostry dan empat rekannya yang meneliti hubungan antara biaya pengiriman dan harga menunjukkan bahwa biaya transportasi laut yang berlipat ganda menyebabkan inflasi meningkat sekitar 0,7 poin persentase.

“Sementara meroketnya harga makanan dan energi menjadi berita utama, lonjakan biaya pengiriman tampaknya sebagian besar tidak terdeteksi, meskipun berpotensi berdampak pada inflasi. Mengingat kenaikan aktual dalam biaya pengiriman global selama tahun 2021, kami memperkirakan bahwa dampak terhadap inflasi pada tahun 2022 lebih dari 2 poin persentase.

Efek besar yang akan diabaikan oleh beberapa bank sentral,” ujarnya pada website resmi IMF.

Tentu saja, beberapa negara merasakan dampak nyata melonjaknya biaya pengiriman ini. Terlebih bagi negara-negara yang menggantungkan keran impor, terutama untuk kebutuhan pokok seperti bahan makanan.  

Ostry juga mencatat bahwa beberapa pendorong inflasi tidak dapat diprediksi atau sulit diprediksi. Seperti gangguan rantai pasokan hingga kenaikan harga komoditas karena invasi Rusia ke Ukraina.

Dengan berakhirnya lonjakan biaya pengiriman container ini, penelitian oleh Ostry dan rekan-rekannya juga menunjukkan bahwa sebagian besar dampak inflasi telah terlihat.

“Peran biaya pengiriman sebagai pendorong inflasi global kurang disadari dan ini perlu diubah. Guncangan biaya pengiriman dapat mengingatkan bank sentral yang bertugas memastikan stabilitas harga dari bahaya di masa depan dan membantu mereka mengurangi risiko,” imbuh Ostry.

Namun, jatuhnya biaya pengiriman adalah berita bagus untuk semua orang kecuali perusahaan pengirim barang.

Turunnya biaya container ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi rantai pasokan dan mengurangi tekanan inflasi. Namun, perusahaan pelayaran melihat akhir dari periode ‘meraup cuan’ dua tahun terakhir.

Para operator peti kemas ini dilaporkan menghasilkan sekitar USD190 miliar keuntungan tahunan dan sekitar USD130 miliar ‘uang tunai segar’ pada 2021. Keuntungan ini diperoleh terutama karena kenaikan tarif.

Sementara raksasa pelayaran Taiwan Evergreen Marine sempat menghadiahi karyawan dengan bonus akhir tahun besar-besaran masing-masing senilai antara 10 dan 52 bulan gaji, setelah membukukan keuntungan jumbo pada 2022. (ADF)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement