"Kalau kita misalnya punya program untuk menggenjot 1 juta barel per hari produksi minyak di tahun 2030 misalnya, tapi tidak didukung cost recovery itu tidak mungkin. Itu mustahil," tutur Kholid.
Apalagi, dikatakan Kholid, industri migas tidak bisa dipahami dengan prinsip ekonomi umum.
"Bagaimana contohnya? Misal saja, kontraktor yang sudah menginvestasikan dana Rp1 triliun pun belum tentu memperoleh minyak," ungkap Kholid.
Tidak hanya itu, Kholid juga mengingatkan, kondisi sekarang jauh lebih sulit dibandingkan beberapa waktu lalu. Saat ini, lanjutnya, semakin sulit mencari minyak dan semakin dalam. Juga, pencarian semakin ke timur dan semakin offshore.
"Ini kan juga masalah kita sekarang, bahwa we are going out of easy oil and gas. Kita ini sudah lewat masa minyak dan gas murah, kita semakin sulit mencari minyak," kata Kholid.