"Soal suku bunga di dalam negeri, Bank Indonesia (BI) terpaksa harus juga menyesuaikan atau adjusting terhadap tren tekanan global ini. Dampaknya terhadap perekonomian tahun depan, seberapa resilien investasi kita tetap bisa bertahan dalam kondisi kecenderungan suku bunga akan lebih tinggi dibandingkan tahun ini. Kan itu yang harus kita lihat," ucapnya.
Dia mengatakan, perbankan juga akan melihat pertumbuhan kreditnya mereka akan tetap resilien atau tidak. IPO atau perusahaan-perusahaan yang akan tetap melakukan listing supaya capital dan investment tetap terjadi.
"Ini adalah hal-hal yang akan dilihat di 2023, apakah investasi bisa tumbuh tetap terjaga di atas 5%, karena kemarin kuartal III (Q3) yang kita tumbuh 5,7% itu investasi tumbuhnya di 4,9%, dekat sekali dengan lima. Jadi kalau investasi bisa bertahan tumbuh di atas 5%," jelas dia.
Indonesia kata Sri Mulyani masih memiliki harapan bahwa resiliensi dari ekonomi Indonesia akibat kenaikan interest rate karena inflasi tinggi dari gejolak yang ada bisa dijaga.
"Saya akan lebih bertanya pada CEO disini, Anda confident tidak untuk tetap ekspansi sehingga growth investasi di atas 5%? Itu penting. Yang kedua, konsumsi rumah tangga yang menjelaskan hampir 56-57% dari PDB kita, apakah juga akan tetap bisa tumbuh di atas 5%?," tandasnya.
(SLF)