Begitu juga dengan bahan bakar Diesel (solar) untuk angkutan logistic, di Malaysia juga sangat berkecukupan di wilayah tersebut dan disubsidi. Misalnya, Shell Fuelsave Diesel harganya hanya sebesar 2,15 Ringgit atau setara Rp7.095, dan tersedia di semua pompa bensin yang ada di wilayah tersebut.
"Sedangkan di Indonesia, Shell Fuelsave Diesel dijual dengan harga sangat mahal, yaitu Rp18.140 dan solar bersubsidi campuran minyak sawit 30 persen (kualitas diesel rendah) harganya Rp6.800. Namun, di Wilayah pedalaman Kalimantan di Indonesia sering kehabisan. Hal ini diperburuk dengan rakyat yang harus membeli dengan harga sangat mahal, bisa mencapai dua kali lipat dari harga yang sebenarnya,” tandas pria akrab disapa BHS itu.
Padahal, lanjut Bambang Haryo, subsidi BBM yang dikucurkan pemerintah Indonesia lebih besar dibandingkan di Malaysia pada tahun 2022. Di Malaysia, papar dia, pemerintah setempat mengucurkan subsidi BBM sebesar 30 miliar Ringgit atau setara dengan Rp99 triliun.
“Untuk kebutuhan 15,5 juta mobil dan 17,5 juta motor dengan konsumsi BBM Oktan 95, demikian juga Diesel,” ucapnya.
“Sedangkan di Indonesia, pemerintah mensubsidi BBM Pertalite dengan Oktan 90 dan Biodiesel berkualitas rendah untuk angkutan publik dan logistik massal sebesar Rp650 triliun di tahun 2022 yang disediakan untuk kendaraan berjumlah 15,6 juta mobil dan 112 juta motor, dengan aturan batasan kuota,” imbuh Bambang Haryo.