"Saya melihat kehadiran Super Air Jet menunjukkan kejelian pengusaha untuk membeli pesawat dengan harga yang murah. Kita ketahui, selama pandemi ini banyak Airline yang mengembalikan pesawat dan tidak mampu melanjutkan kontrak atau bahkan tidak mampu bayar sewanya," katanya.
Disisi lain, bahan bakar Airbus 320-200 terkenal cukup efisien dan irit. Hal itu membuat maskapai memiliki pasar di segmen low cost carrier (LCC). Apalagi sejak diterpa pandemi Covid-19, harga menjadi pertimbangan utama pengguna jasa penerbangan.
"Ini terkenal irit dan efisien bahan bakarnya sehingga cocok untuk LCC. Potensi pasar LCC di tengah pandemi kebutuhan untuk bepergian itu akan selalu ada dan selama pandemi daya beli itu menurun, sehingga konsumen akan lebih sensitif terhadap harga," tutur dia.
Sebelumnya, CEO Super Air Jet, Ari Azhari menjelaskan, maskapai ini telah didirikan pada Maret 2021 dan memiliki kode penerbangan IU dari Asosiasi Pengangkutan Udara Internasional atau IATA dan SJV dari Organisasi Penerbangan Sipil Internasional atau ICAO.
Saat ini, Super Air Jet tengah mempersiapkan fase bersiap untuk lepas landas melalui berbagai tahapan dan prosedur yang dibutuhkan berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam rangka mempersiapkan penerbangan perdana, yang dijadwalkan dalam waktu dekat