sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Surplus Pasokan, Trader Batu Bara China Tak Peduli Larangan Ekspor dari RI

Economics editor Yulistyo Pratomo
09/01/2022 11:19 WIB
Trader batu bara di China mengakui larangan ekspor yang diberlakukan di Indonesia tak berlaku bagi mereka.
Surplus Pasokan, Trader Batu Bara China Tak Peduli Larangan Ekspor dari RI. (Foto: MNC Media)
Surplus Pasokan, Trader Batu Bara China Tak Peduli Larangan Ekspor dari RI. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Trader batu bara di China mengakui larangan ekspor yang diberlakukan di Indonesia tak berlaku bagi mereka. Sebab, perusahaan pembangkit listrik mereka dinilai sudah memiliki pasokan yang mencukupi, bahkan lebih besar dibandingkan jumlah permintaan yang akan melemah pada Tahun Baru Imlek mendatang.

Dikutip dari Reuters, Minggu (9/1/2021), stok batubara di utilitas utama China di wilayah pesisir dilaporkan telah mencapai 33 juta ton pada 1 Januari, 57 persen lebih tinggi dari pada waktu yang sama pada tahun 2021, data dari Asosiasi Transportasi dan Distribusi Batubara China menunjukkan.

"Jika kami tidak memperkirakan gelombang (cuaca) dingin (ekstrim), tidak akan ada faktor lain yang mendorong permintaan batu bara dalam waktu dekat," kata seorang pedagang batu bara yang berbasis di Jilin yang menolak disebutkan namanya.

Sementara itu, tingkat konsumsi batu bara harian oleh pembangkit listrik China saat ini lebih landai dibandingkan tahun lalu di 2,2 juta hingga 2,3 juta ton. Namun angka ini diperkirakan akan merosot dalam beberapa minggu mendatang ketika publik merayakan Tahun Baru Imlek di mana sejumlah perusahaan dan pabrik tidak akan beraktivitas.

"Utilitas di wilayah tersebut sepenuhnya bergantung pada pasokan kontrak jangka panjang dari tambang domestik, dan tidak perlu membeli dari pasar spot saat ini," ungkap dia.

Suasana tenang di antara para pedagang China pada akhir minggu pertama Januari kontras dengan alarm yang mengguncang pasar global setelah Indonesia, eksportir batubara termal terbesar di dunia, mengumumkan larangan pengiriman pada 1 Januari untuk mencegah pemadaman listrik domestik.

Sementara itu, harga batubara termal China mengalami lonjakan lebih dari 6% di hari perdagangan pertama setelah larangan tersebut diumumkan, namun nilai tersebut berangsur membaik setelah para trader memprediksi kebijakan itu tak akan berpengaruh terhadao pasar batubara China.

Sejak larangan tersebut diumumkan, para penambang Indonesia telah bergerak untuk memperbaiki kekurangan persediaan negara dengan memberikan jutaan ton kepada produsen listrik domestik. Otoritas nasional juga berjanji untuk meninjau larangan itu paling cepat 5 Januari

Namun sejak 7 Januari, kebuntuan ekspor tetap terjadi, memicu kemacetan kapal yang semakin parah di pelabuhan batubara Indonesia dan meningkatnya frustrasi di antara importir utama seperti pembeli utama Jepang, yang membuat permintaan resmi ke Jakarta untuk membatalkan larangan tersebut.

Namun, di pembeli teratas China, pelaku pasar lebih khawatir tentang potensi tekanan penurunan baru pada harga setelah aliran batubara Indonesia kembali berlanjut dengan output domestik masih tinggi.

Analis dari Orient Futures memperkirakan kapasitas produksi batu bara China mencapai sekitar 4,58 miliar ton pada 2022, naik dari 4,33 miliar pada 2021, termasuk 230 juta ton kapasitas produksi yang dilanjutkan yang disetujui oleh Beijing tahun lalu untuk mengurangi kekurangan listrik.

"Hampir dapat dipastikan bahwa kita akan melihat kelebihan pasokan dan harga batu bara akan segera jatuh jika ledakan produksi dalam negeri berlanjut," kata seorang pedagang batu bara yang berbasis di Beijing. (TYO)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement