IDXChannel - Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengkritik kebijakan pemerintah terkait kebijakan harga tes PCR. Meski sudah diturunkan dari Rp300 ribu menjadi Rp270 ribu, harga tes PCR masih memberatkan.
“Meski sudah turun ya masih mahal dan memberatkan itu, seharusnya syarat PCR bagi penerbangan tetap perlu dicabut, cukup dengan antigen. Bisnis PCR tentu cukup menguntungkan dengan marjin yang besar,” kata Bhima, yang juga Direktur CELIOS, saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Sabtu (30/10/2021).
Bhima menyebutkan, dari marjin penjualan test PCR sebesar 50-60% jika ditambah biaya lain sekalipun, sudah memberikan keuntungan. Tak heran, kata dia, masih ditemukan beberapa pelaku usaha yang diuntungkan di lapangan dalam praktik layanan test PCR ini.
“Masih ada keuntungan. Belum lagi kalau ada home service misalnya, kadang alat medical test kit dan jasa nya dikeluarkan dari biaya pcr, meski harga turun pun masih ada untung buat pengusaha pcr. Berarti kan pengusaha menikmati marjin yang lebar,” paparnya.
Bhima berharap Pemerintah dapat bisa menyesuaikan dengan harga PCR lebih murah lagi seperti di negara lain khususnya India. “Logika wajib PCR bagi penerbangan tapi tidak dengan moda transportasi lain bagaimanapun juga menimbulkan tanda tanya di masyarakat, dan berisiko gerus kepercayaan terhadap prospek pemulihan ekonomi baik di transportasi udara maupun pariwisata,” pungkas Bhima. (TIA)