"Jika kita tidak mengikuti skema atau pola kerjasama ini, maka udang Indonesia akan terkena border measures yang ketat pada saat masuk ke AS, tentu ini bisa merugikan kita," katanya.
Ishartini memastikan jajarannya telah merancang suatu formula kerjasama teknis dengan University of Maryland dan the United States Food and Drug Administration (US FDA).
Kerjasama tersebut meliputi surveillan food borne disease pada kawasan budidaya udang berbasis platform Whole Genome Sequence(WGS).
Dia berharap terjadi transfer teknologi dan transfer knowledge dari para ahli di University of Maryland dan FDA.
"Dengan kerjasama ini, Indonesia menjadi anggota jejaring lab penguji WGS Food Borne Disease dunia yang berbasis di AS," kata dia.
(NIY)