Dia menambahkan, besarnya angka konsumsi LPG di dalam negeri berimbas pada belanja subsidi yang mengalami peningkatan dari Rp242,1 triliun pada 2021 menjadi Rp307,9 triliun pada APBN 2025.
Peningkatan ini didorong terutama oleh lonjakan subsidi energi, yang naik dari Rp140,4 triliun menjadi Rp203,4 triliun di periode yang sama.
“Berdasarkan komoditasnya, subsidi LPG kemasan 3 Kg tercatat memiliki porsi terbesar yaitu sekitar 42– 45 persen dari total subsidi energi," kata Komaidi.
"Alokasi subsidi untuk LPG 3 Kg juga tercatat meningkat dari Rp67,6 triliun pada 2021 menjadi Rp87 triliun pada APBN 2025," lanjutnya.
Dia menambahkan, dalam upaya mengurangi impor LPG, ada beberapa alternatif yang bisa dilakukan. Antara lain dengan memanfaatkan gas di dalam negeri, salah satunya melalui Jaringan Gas (Jargas) Rumah Tangga.
Menurut dia, pencapaian program jargas 4 juta sambungan rumah tangga (SR) dapat mengurangi volume impor LPG sebesar kurang lebih 400.000 metrik ton, yang setara dengan sekitar 6,15 persen dari total volume impor LPG Indonesia saat ini yang mencapai 6,5 juta metrik ton per tahun.
"Apabila dihitung terhadap total konsumsi LPG nasional, dampak program jargas mencapai bisa mencapai 4,86 persen. Setiap penambahan 1 juta SR, program jargas diproyeksikan mampu menghasilkan potensi penghematan subsidi pemerintah sebesar sekitar Rp672 miliar," kata dia.
Komaidi menambahkan, apabila target pembangunan jargas dalam rencana strategis sebanyak 4 juta SR dapat terealisasi, maka potensi penghematan subsidi LPG 3 kg yang dapat dicapai pemerintah diperkirakan mencapai Rp2,69 triliun per tahun.
(Nur Ichsan Yuniarto)