IDXChannel - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan sekitar 85 persen bahan baku farmasi masih bergantung pada impor, terutama dari India dan China. Namun demikian, 95 persen produk obat jadi sudah diproduksi di dalam negeri, menunjukkan kemampuan industri hilir yang kuat.
“Saat ini bahan baku farmasi kita masih sekitar 85 persen impor, terutama dari India dan China. Kita hanya bisa mematahkan dominasi India dan China kalau mampu mengembangkan bahan baku dari kekayaan alam kita sendiri,” kata Menperin dalam Indonesia Pharmaceuticals and Cosmetics for Sustainability (IPCS) 2025. dikutip Senin (16/11/2025).
Dia menjelaskan, Indonesia memiliki potensi besar untuk menghasilkan bahan baku obat dari sumber daya alam lokal, seperti tanaman obat dan minyak atsiri yang tersebar di berbagai daerah. Potensi tersebut menjadi modal penting untuk memperkuat struktur industri farmasi nasional, sehingga Indonesia tidak hanya bergantung pada bahan baku impor, tetapi juga mampu memenuhi kebutuhan domestik dari produksi sendiri.
“Kita sudah punya contoh, misalnya bahan aktif berbasis tanaman obat, seperti meniran, yang sudah diekspor ke Inggris. Itu artinya industri kita sudah bisa memenuhi standar yang tinggi, karena Inggris itu salah satu negara dengan regulasi obat yang paling ketat. Ini bukti bahwa kemampuan riset dan inovasi kita mulai diakui di tingkat global,” kata dia.
Menperin menuturkan, kinerja sektor industri kimia, farmasi, dan obat tradisional terus mencatatkan pertumbuhan yang solid. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor ini tumbuh 11,65 persen (year on year) pada triwulan III-2025, melampaui pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,04 persen.
Nilai investasi di sektor tersebut mencapai Rp65,9 triliun, dengan nilai ekspor sebesar USD 15,22 miliar. Kontribusinya turut memperkuat kinerja industri manufaktur nasional yang menyumbang 17,39 persen terhadap PDB, serta menyerap lebih dari 20 juta tenaga kerja.
“Capaian ini menunjukkan bahwa sektor industri manufaktur, termasuk farmasi dan kosmetik, terus menjadi penopang utama perekonomian nasional. Kita perlu menjaga momentum ini dengan memperkuat rantai pasok dan nilai tambah di dalam negeri,” ujar Menperin.