IDXChannel – Tren konsumsi LPG di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir cenderung meningkat. Di sisi lain, penambahan kapasitas produksi LPG domestik hanya tumbuh di bawah 3 persen.
Kondisi ini menyebabkan terjadi kesenjangan antara produksi dan konsumsi yang berakibat pada semakin besarnya porsi impor LPG dari luar negeri.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh lembaga kajian ReforMiner, pada periode lima tahun terakhir (2020-2024), tren konsumsi LPG di Indonesia meningkat sekitar 10,98 persen. Pada 2020 konsumsi LPG hanya sebesar 8,02 juta ton, namnun pada 2024 jumlahnya naik menjadi 8,90 juta ton pada 2024.
Di sisi lain, pada periode yang sama kapasitas produksi domestik hanya tumbuh 2,40 persen, dari 1,92 juta ton pada 2020 menjadi 1,96 juta ton pada 2024.
Adapun berdasarkan data Kementerian ESDM, rata-rata volume impor LPG selama lima tahun terakhir mencapai 6,67 juta ton per tahun dengan tren peningkatan sekitar 8,02 per tahun.
“Kondisi ini menyebabkan ketergantungan pada impor LPG yang terus meningkat sehingga memberikan tekanan terhadap fiskal, terutama melalui alokasi subsidi energi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),” kata Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro di Jakarta, Selasa (5/8/2025).
Dia menambahkan, besarnya angka konsumsi LPG di dalam negeri berimbas pada belanja subsidi yang mengalami peningkatan dari Rp242,1 triliun pada 2021 menjadi Rp307,9 triliun pada APBN 2025.
Peningkatan ini didorong terutama oleh lonjakan subsidi energi, yang naik dari Rp140,4 triliun menjadi Rp203,4 triliun di periode yang sama.
“Berdasarkan komoditasnya, subsidi LPG kemasan 3 Kg tercatat memiliki porsi terbesar yaitu sekitar 42– 45 persen dari total subsidi energi," kata Komaidi.
"Alokasi subsidi untuk LPG 3 Kg juga tercatat meningkat dari Rp67,6 triliun pada 2021 menjadi Rp87 triliun pada APBN 2025," lanjutnya.
Dia menambahkan, dalam upaya mengurangi impor LPG, ada beberapa alternatif yang bisa dilakukan. Antara lain dengan memanfaatkan gas di dalam negeri, salah satunya melalui Jaringan Gas (Jargas) Rumah Tangga.
Menurut dia, pencapaian program jargas 4 juta sambungan rumah tangga (SR) dapat mengurangi volume impor LPG sebesar kurang lebih 400.000 metrik ton, yang setara dengan sekitar 6,15 persen dari total volume impor LPG Indonesia saat ini yang mencapai 6,5 juta metrik ton per tahun.
"Apabila dihitung terhadap total konsumsi LPG nasional, dampak program jargas mencapai bisa mencapai 4,86 persen. Setiap penambahan 1 juta SR, program jargas diproyeksikan mampu menghasilkan potensi penghematan subsidi pemerintah sebesar sekitar Rp672 miliar," kata dia.
Komaidi menambahkan, apabila target pembangunan jargas dalam rencana strategis sebanyak 4 juta SR dapat terealisasi, maka potensi penghematan subsidi LPG 3 kg yang dapat dicapai pemerintah diperkirakan mencapai Rp2,69 triliun per tahun.
(Nur Ichsan Yuniarto)