IDXChannel – Meski tren pemulihan ekonomi meningkat, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa krisis dan ketidakpastian global perlu diwaspadai yang dikhawatirkan berdampak pada disrupsi rantai pasok global serta menyebabkan krisis pangan, energi, dan keuangan.
"Lembaga IMF juga telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2022 dari 3,6% menjadi 3,2% dan memproyeksikan inflasi yang lebih tinggi," ujar Airlangga di Jakarta, dikutip Sabtu(20/8/2022).
Diungkapkan Airlangga bahwa Pemerintah sejauh ini memberikan respon yang cepat terhadap kondisi krisis global tersebut dan terus melanjutkan upaya percepatan pemulihan ekonomi nasional. Bauran kebijakan extraordinary yang diambil Pemerintah membuahkan kinerja impresif dengan pertumbuhan ekonomi yang mencapai sebesar 5,01% (yoy) pada Q1-2022 dan terus melanjutkan performanya pada Q2-2022 yang tercatat sebesar 5,44% (yoy), bahkan berdasarkan PDB harga konstan sebesar Rp2.924 triliun pada Q2-2022 tersebut mampu melampaui capaian sebelum pandemi.
“Pertumbuhan ekonomi kita extraordinary dan mampu mencapai 5,44%, lebih baik dari banyak negara lainnya. Hal tersebut dapat kita capai karena kita menangani Covid-19 dengan jalur yang berbeda dari negara lain,” ungkap Airlangga.
Lebih lanjut, pertumbuhan ekonomi pada Q2-2022 didukung dengan capaian tertinggi pada sisi produksi yang berasal dari lapangan usaha transportasi dan perdagangan yang meningkat 21,27% (yoy). Sedangkan pada sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi terjadi pada ekspor barang dan jasa yang meningkat hingga 19,74% (yoy) dengan adanya peningkatan harga komoditas serta penguatan kapasitas output.
Capaian tertinggi disusul Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT) sebesar 5,51% (yoy) yang mengindikasikan pulihnya optimisme dan daya beli masyarakat pasca pandemi.
Melihat dari data ekspor impor, tercatat terjadi peningkatan nilai ekspor yang memberikan kontribusi signifikan pada pertumbuhan ekonomi sekaligus memperlihatkan capaian surplus neraca perdagangan. Pada Q1-2022, neraca perdagangan tercatat mengalami surplus sebesar USD9,33 miliar dan pada Q2-2022 menorehkan surplus sebesar USD15,55 miliar atau meningkat 148,01% (yoy).