Sementara itu, posisi ULN swasta tetap terkendali dan masih melanjutkan kontraksi pertumbuhan. Tercatat ULN swasta pada Oktober 2023 sebesar USD196,9 miliar, sedikit lebih tinggi dari sebelumnya, sebesar USD196,7 miliar.
“Ini menunjukkan ULN swasta kembali mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,5% (yoy), melanjutkan kontraksi pada bulan sebelumnya sebesar 3,5% (yoy),” tulis Erwin.
Kontraksi tersebut berasal dari lembaga keuangan dan perusahaan bukan lembaga keuangan yang masing-masing mengalami kontraksi sebesar 2,4% (yoy) dan 2,5% (yoy).
Berdasarkan sektor ekonomi, ULN swasta terbesar berasal dari sektor industri pengolahan; jasa keuangan dan asuransi; pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin; serta pertambangan dan penggalian dengan pangsa mencapai 78,6% dari total ULN swasta.
Secara keseluruhan, ULN Indonesia pada Oktober 2023 tercatat sebesar USD 392,2 miliar, turun dibandingkan dengan posisi ULN pada September 2023 yang mencapai USD394,4 miliar.
Penurunan posisi ULN ini terutama bersumber dari ULN sektor publik. Dengan perkembangan tersebut, ULN Indonesia secara tahunan tumbuh 0,6% (yoy).
Erwin mengatakan ULN Indonesia pada Oktober 2023 tetap terkendali, sebagaimana tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap PDB yang turun menjadi 28,7% dari 28,9% pada sebelumnya, serta didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 86,8%.
“Dalam rangka menjaga struktur tetap sehat, Bank Indonesia dan pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian,” pungkasnya.
(FRI)