"Berdasarkan data BPS per Februari 2021, tenaga kerja informal seperti data di atas masih tinggi dan didominasi oleh lulusan pendidikan SMP ke bawah. Jumlah angkatan kerja baru per tahunnya sekitar 2,24 juta orang," ungkap Ali.
Terlebih, jumlah orang di Indonesia yang harus mengikuti pelatihan lagi untuk jenis pekerjaan baru rentangnya dari 6 hingga 29 juta orang. Jumlah pekerjaan yang terdampak otomatisasi pun tercatat sebanyak 23 juta.
"Belum lagi penduduk usia kerja terdampak usia kerja adalah sebanyak 19,1 juta jiwa," tambahnya.
Bahkan, produktivitas tenaga kerja Indonesia masih jauh di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand. Persentase porsi wirausahawan Indonesia juga masih rendah yaitu 3,10% dibandingkan Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan negara maju lainnya.
"Belum lagi persoalan skill mismatch yang masih cukup besar, misal pendidikan tinggi namun pekerjaannya membutuhkan skill yang lebih rendah. Di Indonesia, angka vertical mismatch sebesar 53,33% dan horizontal mismatch sebesar 60,52%," jelasnya.