Sementara, inventori rumah Perumnas tercatat tinggi sehingga menyebabkan rasio utang terhadap ekuitas menjadi naik. Untuk memastikan neraca maupun kekuatan ekuitas yang memadai, pemegang saham menginginkan ada tambahan PMN untuk memastikan penugasan Perumnas dalam membangun rumah bagi MBR bisa dilanjutkan.
Hal serupa juga dialami PT Waskita Karya (Persero) Tbk,. Tiko mencatat, sejak 2015-2016 emiten ditugaskan negara untuk mengambil alih dan melanjutkan sejumlah proyek jalan tol di Jawa yang mangkrak. Perkaranya, aksi korporasi itu menyebabkan utang Waskita meningkat.
"Akan ada skema restrukturisasi menyeluruh, ada dua skema penjaminan proyek yang ada dan juga modal baru Rp 79 triliun terutama memperkuat permodalan, karena banyak modal yang terserap dari masa lalu," kata dia.
PT Hutama Karya (Persero) pun tengah memikul beban keuangan. Saat ini, perseroan tengah mengerjakan proyek tol Trans Sumatera, namun, selama dua tahun PMN untuk perusahaan mengalami keterlambatan.
Tiko mencatat, aset perusahaan meningkat, tapi nilai utang naik signifikan, sedangkan ekuitas tidak bertambah. Kondisi itu, membuat keuangannya tertekan. Sementara, untuk menyelesaikan Tol Trans Sumatera tahap 1, manajemen membutuhkan anggaran senilai Rp 66 triliun. Dimana, skema dana akan diberikan secara bertahap pada 2021 ini.