IDXChannel - Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin meminta Kementerian Pertanian memperkuat diversifikasi pangan. Upaya meningkatkan dan memperluas diversifikasi pangan lokal harus digarap dengan baik, untuk mengurangi ketergantungan beras.
“Masyarakat masih tergantung pada beras. Konsumsi beras harus kita turunkan dari 92 kg menjadi 85 kg per kapita per tahun,” jelas dia dalam keterangan resmi, Rabu (25/1/2023). Ma'ruf pun menyambut positif upaya Kementan yang terus berupaya memperkuat sektor pertanian sebagai pengendali inflasi dalam menghadapi krisis pangan dunia.
”Saya meminta Kementan harus mampu mengidentifikasi komoditas pangan yang akan difokus untuk dikembangkan dalam menghadapi krisis pangan dunia khususnya dalam pengendalian inflasi , termasuk target produksi dan juga lokasi dimana saja,” tuturnya.
Menanggapi permintaan tersebut, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan,, tantangan pangan semakin berat ke depannya. Namun Syahrul memastikan pihaknya akan terus memaksimalkan peningkatan produksi pangan.
“Apapun yang terjadi besok, Indonesia tidak boleh bersoal karena masih tersedianya pangan buat rakyat. Kami tidak bisa main-main dengan kepentingan rakyat,” jelasnya. Dalam upaya menghadapi potensi krisis pangan global, Kementan akan tetap menjalankan program-program peningkatan produksi pangan yang selama ini telah berjalan dengan baik, sekaligus memberikan perhatian serius pada sejumlah program.
Pertama, peningkatan kapasitas produksi pangan untuk komoditas pengendali inflasi seperti cabai dan bawang merah, serta untuk mengurangi impor seperti kedelai, jagung, gula tebu, dan daging sapi.
Kedua, pengembangan pangan substitusi impor seperti ubi kayu, sorgum, dan sagu untuk substitusi gandum, serta domba/kambing dan itik untuk substitusi daging sapi. Ketiga, Peningkatan ekspor seperti sarang burung walet, porang, ayam, dan telur.
Sebagai contoh pada Triwulan (TW) II 2020, PDB Sektor Pertanian tumbuh positif 16,24% (q to q) dan terus berlanjut pada 2022. Nilai Tukar Petani (NTP) terus membaik, bahkan pada penutupan tahun 2022 (Desember 2022) mencapai 109,0.
”Semoga peran penting sektor pertanian sebagai bantalan ekonomi nasional semakin nyata dalam menghadapi krisis pangan dunia ke depan,” pungkasnya
(SLF)