Selama ini program BRI memperlihatkan bahwa China banyak mendanai proyek-proyek infrastruktur, mulai dari kereta api, jalan, pelabuhan, dan pembangkit listrik tenaga batu bara di sejumlah negara. Khusus pembangkit listrik batu bara kebanyakan ada di negara berkembang. Selama hampir satu dekade, pembangkit listrik tenaga batu bara telah menjadi fitur utama investasi asing China di dalam proyek BRI.
Bisa jadi langkah penghentian ini tak lepas dari kejelian Xi Jinping untuk membaca masa depan pembangkit listrik batu bara, dan juga kencangannya tekanan dunia. Seperti dikutip dari Reuters, Center for Research on Energy and Clean Air (CREA)--sebuah organisasi penelitian independen yang berfokus mengungkap tren, penyebab, dan dampak kesehatan, serta solusi untuk polusi udara--dua bulan lalu mengungkap soal proyek pembangkit listrik batu bara yang didanai investor China.
Dalam laporannya CREA menyebut bahwa sejak 2017 proyek pembangkit listrik batu bara yang dibatalkan investor China relatif tinggi. Total proyek yang dibatalkan 4,5 kali lebih banyak dari proyek yang masuk fase konstruksi.
Pembatalan proyek diakibatkan oleh turunnya daya saing batu bara dibandingkan dengan energi terbarukan (EBT) yang semakin terjangkau. CREA berpandangan bahwa gelombang pembatalan proyek pembangunan PLTU menyiratkan suramnya masa depan bagi industri tersebut.
Sejatinya, langkah China mengubah haluannya dari pembangkit listrik batu bara sudah terlihat sejak beberapa waktu lalu. Xi pernah mengeluarkan pernyataan terkait konsumsi batu bara dan pembangkit listrik berpolusi.