Bahkan kualitas cerutu dari BIN Cigar mampu menyerupai yang dimiliki oleh Kuba. “Kami mempunyai dan mengaplikasikan metode Amati, Tiru, Modifikasi (ATM). Hampir setiap Cigar yang dikeluarkan oleh Kuba dapat kami tiru baik aroma maupun rasanya. Kami jagonya memodifikasi dan meniru rasa Cigar dari Kuba,” tegas Febri.
Untuk sampai memiliki kualitas rasa dan aroma Cigar seperti Kuba, tim BIN Cigar juga telah menjalin perjanjian legal. “Kami anti fake, kami diajarkan oleh orang Kuba untuk belajar ini. Perjanjian dengan Kuba itu hanya meniru rasa, bukan bentuk dan merek,” ungkapnya.
Untuk itu tak mengherankan, jika BIN Cigar merupakan pemain penting di industri Cerutu kedua setelah Kuba di dunia. Bagi penikmat Cigar, jika mereka tidak menemukan aroma atau rasa Cohiba dan Montecristo dari Kuba dapat dipastikan akan mencari di BIN Cigar.
Aroma wangi tembakau, ternyata berbanding lurus dengan wangi bisnisnya. Selain menguasai market Cigar internasional dari Indonesia, BIN Cigar pun menempati urutan kedua sebagai pemain tembakau terbesar setelah Djarum. BIN Cigar menjadi satu-satunya produsen yang mengerjakan cerutu berdasarkan pesanan, serta 100 persen buatan tangan alias manual.
BIN Cigar didukung pula oleh para ahli yang telah berpengalaman selama 50 tahun di bidang tembakau, sehingga menghasilkan produk cerutu dengan cita rasa yang berkualitas. BIN Cigar juga mampu menciptakan cita rasa yang mirip dengan produk dari negara asalnya. Hingga saat ini, BIN Cigar telah memproduksi berbagai spesifikasi produk cerutu dalam berbagai kemasan yang telah dipasarkan di dalam negeri maupun diekspor ke luar negeri.
(NDA)