“Busana ini mencerminkan falsafah Minangkabau kasyandi syarak, syarak basandi kitabullah. Adat yang diterapkan di masyarat yang tidak terlepas dari prinsip-prinsip agama Islam," tambahnya.
Filosofi lainnya yaitu tidak seperti pakaian Minang pada umumnya, yang menggunakan suntiang, busana adat Koto Gadang identik dengan kain segi empat yang dikenakan di kepala atau dikenal dengan sebutan tinkuluak tilakuang.
Dijelaskan bahwa pakaian ini mengisyaratkan, sebagai telekung pada mukena dan menandakan bahwa masyarakat Minangkabau sangat menjunjung tinggi agama Islam.
Tak sampai di situ saja, untuk model baju kurung pada pakaian adat Koto Gadang ini memiliki celah yang didesain khusus pada bagian lehernya dan memiliki makna bahwa pemakainya dapat menerima masukan dari siapapun dan memiliki sikap bijaksana dalam menyikapi masukan tersebut.
Tak hanya Wapres, para tamu undangan yang hadir mengenakan pakaian adat yang berbeda-beda diyakini menunjukkan keberagaman dan kebersamaan antar masyarakat. "Dengan memakai pakaian adat dan ini menunjukkan keberagaman kita sebagai bangsa," tulisnya. (FHM)