Tiap botol bekas yang mereka kumpulkan, dijual kembali ke pabrik masing-masing, dan keduanya mendapatkan keuntungan Rp400 per botol. Dari bisnisnya itu, Yogi dan Yona dapat mengantongi penjualan Rp700 juta per bulan dengan laba kotor Rp100 juta.
Namun lama kelamaan, keduanya mulai mempertanyakan keberkahan usahanya. Mengingat alkohol adalah minuman yang dilarang dalam ajaran Islam, sementara Yogi dan Yona mencari penghasilan dari situ.
Keduanya berniat untuk berbisnis tak hanya untuk kesejahteraan dunia, namun juga untuk keamanan akhirat. Hingga akhirnya, Yogi dan Yona memutuskan untuk menutup usahanya. Mereka berhenti menadah botol miras bekas dan memulangkan semua karyawannya secara bertahap.
Yogi dan Yona mengalihkan usahanya menjadi bisnis warung sayur berkonsep one stop shopping. Awal mula memang terasa berat, begitu pengakuan keduanya. Namun berkat kegigihan dan kecermatan pasutri ini dalam mengelola bisnis, mereka berhasil membangun tiga warung sayur modern.
Ketiga warung sayur modern itu dibangun dalam skema jaringan yang saling mendukung di belakang. Yona juga membuat skema pengelolaan sayur dan buah yang sudah tidak layak dipajang untuk diolah menjadi makanan siap saji.