sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

3 Biografi Pengusaha Sukses di Indonesia, Mulai dari Nol hingga Melantai di Bursa

Inspirator editor Kurnia Nadya
18/09/2024 19:45 WIB
Banyak pengusaha sukses di Indonesia yang memulai usahanya dari nol, hingga usahanya tumbuh dengan skala yang lebih besar.
3 Biografi Pengusaha Sukses di Indonesia, Mulai dari Nol hingga Melantai di Bursa. (Foto: Freepik)
3 Biografi Pengusaha Sukses di Indonesia, Mulai dari Nol hingga Melantai di Bursa. (Foto: Freepik)

IDXChannel—Artikel ini akan mengulas beberapa biografi pengusaha sukses. Banyak pengusaha sukses di Indonesia yang memulai usahanya dari nol, hingga usahanya tumbuh dengan skala yang lebih besar. 

Selain bertekad kuat, para pengusaha ini juga pantang menyerah meskipun berkali-kali mengalami kegagalan. Beberapa di antaranya pernah nyaris bangkrut, bahkan merugi dengan nominal yang tidak sedikit. 

Namun berkat daya tahan yang tinggi, para pengusaha ini berhasil mempertahankan bisnisnya, bahkan membuka lini bisnis baru di sektor lain dan membuka lapangan pekerjaan untuk banyak orang. 

Kisah-kisah inspiratif tentang jatuh bangun para pengusaha ini dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang. Para pengusaha ini menjalankan usahanya tanpa peduli usia, banyak di antaranya yang baru mengecap kesuksesan di usia 50 tahun lebih. 

Berikut ini adalah beberapa biografi singkat pengusaha sukses di Indonesia. 

3 Biografi Pengusaha Sukses di Indonesia

1. Liem Seeng Tee (HM Sampoerna) 

Liem Seeng Tee adalah pendiri PT HM Sampoerna Tbk. Dia terlahir pada 1893 dan meninggal dunia pada 1956 di Kota Surabaya. Liem Seeng Tee berasal dari keluarga miskin di Fujian, China, yang datang ke Indonesia pada 1898. 

Tak lama setelah keluarganya datang ke Indonesia, ayahnya meninggal dunia. Setelah itu, Liem Seeng Tee hidup bersama keluarga Tionghoa di Bojonegoro. Liem Seeng Tee memulai bisnis tembakaunya dengan menjual rokok lintingannya sendiri. 

Dia memperoleh ilmu tentang tembakau setelah bekerja sebagai peracik di sebuah pabrik rokok di Lamongan. Selepas pekerjaan itu, Liem Seeng Tee menyewa kios kecil di Jalan Tjantian (Surabaya lama). 

Saat itu Liem menjual rokok racikannya, sementara sang istri menjual makanan ringan. Usaha itu sempat berkembang cukup pesat saat ada pelebaran jalan, namun gubug tempat tinggal Liem dan istrinya terbakar habis. 

Sehingga usaha itu harus dimulai lagi dari nol. Kesempatan kedua untuk memulai usaha tembakau muncul ketika seseorang menawarkan pabrik rokok yang bangkrut. Dari pabrik inilah Liem Seeng Tee mulai mengembangkan bisnisnya lebih pesat. 

Dia memproduksi Dji Sam Soe pada 1913, dan kemudian memproduksi rokok merek lainnya (Panamas, Sampoerna, dll) pada tahun-tahun berikutnya. Namun usaha ini pun kembali mengalami hambatan saat pasukan Jepang datang ke Indonesia. 

Saat Jepang mendarat di Surabaya, Liem ditangkap dan dikirim ke Jawa Barat untuk kerja paksa, sementara istri dan anak-anaknya bersembunyi. Pabrik rokoknya dikuasai tentara Jepang hingga kemerdekaan Indonesia terjadi. 

Saat Indonesia merdeka dan Liem kembali ke Surabaya, harta yang tersisa hanya keluarga dan merek dagangnya: Dji Sam Soe. Sementara aset pabriknya tidak diketahui nasibnya. Liem lagi-lagi memulai usahanya dari nol dengan Dji Sam Soe. 

Liem Seeng Tee meninggal dunia pada 1956, di usia 60-an. Usaha tembakaunya diteruskan oleh anak-anak dan cucu-cucunya, antara lain Aga Sampoerna dan Putra Sampoerna. HM Sampoerna kini telah dijual kepada Philip Morris International. 

2. Ciputra 

Ir Ciputra adalah pendiri perusahaan real estate Ciputra Group, dia juga merupakan seorang insinyur. Ciputra terlahir pada 24 Agsustus 1931 di Parigi, dan meninggal dunia pada 27 November 2019, di usia 88 tahun. 

Saat masih kecil, Ciputra kerap berpindah tempat tinggal karena berulang kali dititipkan oleh orang tuanya ke kerabat terdekatnya agar dia tetap bisa bersekolah. Masa kecilnya juga cukup pahit, sebab dia harus kehilangan sosok ayah di usia dini. 

Sang ayah, Tjie Siem Poe, dituduh sebagai mata-mata Belanda dan ditangkap oleh pasukan Jepang. Ayahnya meninggal saat berada dalam tahanan di Manado, dan Ciputra tidak pernah lagi melihat ayahnya sejak ditangkap. 

Ciputra mengenyam pendidikan SMP dan SMA di Don Bosco, Manado. Dia melanjutkan kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB). Saat berkuliah di tingkat empat, dia dan dua rekannya mendirikan usaha konsultan arsitektur dengan membuka kantor di garasi.

Selepas kuliah, Ciputra bekerja di Jaya Group (perusda DKI Jakarta). Dia bekerja di perusahaan itu sampai kariernya mencapai posisi direksi di usia 65 tahun. Jadi, hingga usia 65 tahun Ciputra belum mendirikan perusahaannya sendiri. 

Selama bekerja dengan Jaya Group, Ciputra terlibat dalam pembangunan Taman Impian Jaya Ancol. Bersama rekan-rekannya yang lain, seperti Sudono Salim, Sudwikatmono, dan Ibrahim Risjad, Ciputra mendirikan Metropolitan Group dan membangun perumahan Pondok Indah. 

Dia juga terlibat dalam pembangunan Kota Mandiri Bumi Serpon Damai (BSD). Setelah bekerja bersama rekan-rekannya di Jaya Group dan Metropolitan Group, barulah Ciputra membangun perusahaannya sendiri, yakni Ciputra Group.

Ciputra Group memiliki banyak lini usaha, mulai dari real estate, properti, pendidikan, dan kesehatan. Dia membangun banyak perumahan, juga mendirikan Universitas Ciputra. 

3. Hermanto Tanoko 

Hermanto Tanoko adalah Komisaris Utama PT Avia Avian Tbk (AVIA). Dia adalah bungsu dari lima bersaudara, ayahnya adalah pendiri perusahaan cat Avian, yakni Soetikno Tanoko (Tan Tek Swie). Sebelum berbisnis cat, Soetikno dan istrinya menjual sayuran dan pakaian. 

Saat itu juga, keluarga Tanoko belum memiliki tempat tinggal tetap. Hermanto telah belajar sulitnya mencari uang sejak kecil, dia sendiri mulai bekerja sebagai penjaga toko cat sang ayah sejak usia delapan tahun. 

Saat masih merintis, sang ayah terkenal dengan pola didiknya yang disiplin terhadap penggunaan uang. Hermanto pernah bercerita bahwa sang ayah pernah menolak masakan ayam yang dibuatkan sang ibu, dengan alasan kondisi keuangan keluarga saat itu belum pantas untuk makan enak. 

Hermanto mulai mengelola apotek sendiri di usia 14 tahun, berkat usaha ini Hermanto bisa membayar pendidikan dan membeli sepeda motor pertamanya. Dia mulai bergabung dengan Avian sebagai managing director of operation pada 1982. 

Hermanto dan saudara-saudaranya lantas mengembangkan PT Avia Avian hingga saat ini. Dia juga mendirikan perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) bernama CLEO, perusahaan ini juga telah melantai di Bursa Efek Indonesia. 

Saat mendirikan CLEO, Hermanto dan sang istri mengalami kerugian selama beberapa tahun sebelum akhirnya CLEO mencatatkan balik modal dan mulai berkembang, bersaing dengan merek AMDK lainnya. 

Selain mengembangkan Avian dan CLEO, Hermanto pernah berbisnis pada bidang lain. Beberapa di antaranya pernah gagal, karena saat itu Hermanto kurang memahami bisnis itu dengan baik. Hal ini lantas dijadikan pelajaran penting dalam perjalanan bisnisnya. 

Itulah beberapa biografi pengusaha sukses di Indonesia yang dapat menjadi inspirasi. 


(Nadya Kurnia)

Halaman : 1 2 3 4 5 6
Advertisement
Advertisement