Tentunya dalam merintis itu sangat sulit, banyak penolakan yang mereka terima saat menawarkan jasa konsultasinya. Bahkan ada perusahaan yang setelah keuangannya membaik malah tidak mau membayar jasa konsultannya.
“Satu sosok yang memberi saya kesempatan pertama itu adalah pak Dahlan Iskan. Saya masih ingat sekali saat saya hanya diberi waktu sekitar 5 menit untuk mempresentasikan jasa konsultasi saya kepada beliau di dalam lift. Mungkin pak Dahlan Iskan takut juga saya cekik jika tidak diterima” ujar Sandi sambil tersenyum pada sebuah kesempatan.
Perlahan tapi pasti, bisnis Sandi dan rekannya mulai membuahkan hasil. Dedikasi dan profesionalisme mereka mulai banyak dikenal hingga kepercayaan untuk menjadi konsultan perusahaan-perusahaan pun banyak berdatangan.
3. William Suryajaja
Tidak jauh berbeda, krisis juga yang dialami Sandi juga dirasakan oleh William Suryajaja. Kerusuhan besar yang terjadi dimana pada tahun 1998 menyisahkan keajaiban.
Entah mengapa hanya satu yang sama sekali tidak disentuh oleh massa, padahal posisi dan bentuknya sama dengan toko lainnya. Hanya banner nama dan papan balihonya saja yang yang membuat toko itu berbeda.
Oleh para direktur dan manajer, hal yang ‘ajaib’ tersebut dilaporkan kepada sang pengusaha dalam sebuah pertemuan terbuka.
“Semua pertokoan dan perusahaan di lingkungan sekitar kantor kita habis, Pak. Semua dijarah, dirusak, dan beberapa diantaranya ada yang dibakar” seorang manajer membuka suara dan menjelaskan situasinya.
“Iya, Pak. Semuanya musnah, kecuali toko kita saja, hanya toko kita saja yang selama” sambung manajer yang lainnya dengan wajah sumringah.
“Benar, Pak. Kita harus bersyukur karena massa sama sekali tidak mengusik kantor dan toko kita” seorang anggota direksi yang lain menimpali dan diamini dengan senyum oleh hampir semua orang dalam ruang tersebut.
Hanya satu orang yang tidak senang mendengar kabar itu, yaitu sang pengusaha itu sendiri. Ia hanya tertunduk, matanya memejam, sama sekali tidak tampak raut kegembiraan di wajahnya.
Melihat gelagat seperti itu, orang-orang dalam ruangan tersebut mulai saling pandang. Menunda senyum simpul mereka yang terlampau sudah diumbar dan menunggu apa yang bakal dikatakan oleh sang bos besar setelah itu.