“Saat stok Andaliman sedang normal, eceran Andaliman memiliki harga paling murah Rp15.000 per kilogram (kg). Namun, ketika stok sedang sedikit, harga Andaliman bisa mencapai Rp250.000 sampai Rp300.000 per kg," ujarnya.
Dia pun dapat meraup omzet sekitar Rp20 juta setiap bulan. Berkat keunikan dan kekhasan rempah tersebut, usahanya juga pernah mengikuti pameran makanan di luar negeri, yakni di Swiss, Spanyol, dan Polandia. Kendati usahanya berjalan mulus, namun pada 2020 ketika pandemi Covid-19 ia menemui sebuah tantangan.
“Saat pandemi Covid-19, tidak ada pasar sama sekali sementara tanaman kami lagi panen raya, jadinya banyak Andaliman yang mati. Itulah masa anjloknya Andaliman dan kelompok tani Andaliman,” kata Sirait.
Peristiwa tersebut yang menjadi titik awal kerja sama antara usahanya dengan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI). Ketika masa sulit, BRI hadir membantu memberi modal usaha dan kebutuhan untuk produksi seperti angkong, alat pelindung diri (APD), serta bibit Andaliman.
Demi mengangkat kembali citra Andaliman yang terbenam saat masa pandemi, BRI pun mengajak kerja sama pengusaha Andaliman untuk ikut dalam program Beli Kreatif Danau Toba 2021. Selepas itu, BRI juga terus mengajak pengusaha Andaliman untuk membuka stan jualan di ragam acara mereka di berbagai daerah agar produk Andaliman semakin meluas namanya.