Namun ia menerima gugatan dari brand ZARA, sehingga ia mengganti merek dagangnya menjadi ‘Elzatta.’ Saat bisnisnya berdiri, belum banyak pengusaha membuat merek untuk produk penutup kepala. Dari situlah Elidawati terinspirasi untuk menggunakan jilbab dan aksesorisnya sebagai produk utama.
Ia membangun sistem kemitraan toko jaringan, juga menjalin kerja sama sponsor dengan sinetron religi berjudul ‘Tukang Bubur Naik Haji’, di mana para pemerannya akan mengenakan produk dari Elzatta. Berkat cara itu, merek Elzatta menjadi ikon baru di segmen fesyen muslim.
Seiring tahun berjalan, kesadaran untuk mengenakan jilbab pun makin meningkat dan menyebar luas di lapisan masyarakat. Banyak wanita mulai mengenakan penutup kepala, dan mulai bermunculan hijabers community.
Banyak juga brand-brand fesyen muslim bermunculan saat itu. Namun pamor Elzatta masih tinggi, sampai-sampai Elidawati berhasil mengembangkan bisnisnya dengan membuka toko, dari yang semula hanya lima outlet menjadi 23 toko resmi dan 40 toko jaringan.
Toko-toko Elzatta pun kini mudah sekali ditemui, terletak di pusat-pusat perbelanjaan besar di Jakarta, ITC, dan ruko-ruko di kota-kota besar.