Setelah satu tahun bekerja, Shultz dikirim ke Italia untuk belajar cara membuat resep kopi Italia. Di sana, Schultz pun melihat begitu banyak kedai di pinggir jalan yang menyajikan kopi di mana para pengunjungnya betah duduk berlama-lama walau hanya meminum secangkir kopi.
Schultz pun terinspirasi untuk membawa konsep kedai kopi yang dijumpainya di Italia itu ke Starbucks. Sayangnya, ide tersebut ditolak hingga ia pun memutuskan untuk keluar dari Starbucks. Sekeluarnya dari perusahaan tersebut, Schultz pun membuka kedai kopinya sendiri pada 1968 bernama Il Giornale. Dengan konsep kedai kopi yang dijumpainya di Italia, II Giornale pun berhasil menyaingi Starbucks.
Starbucks kemudian mulai goyah pada tahun 2008 hingga akhirnya Schultz kembali untuk memimpin kedai kopi raksasa tersebut. Manajemen Starbucks memutuskan untuk fokus ke bisnisnya yang lain yakni Peet’s Coffee & Tea dan memilih menjual ritel Starbucks kepada Schultz dan Il Giornale sebesar dengan nilai mencapai USD3,8 juta atau setara dengan Rp57 miliar.
Di tangan Schultz, Starbucks pun berhasil berkembang pesat dan menjadi perusahaan global. Berdasarkan data Statista, Starbucks diketahui telah memiliki sebanyak 35.711 kedai yang tersebar di seluruh dunia pada 2022. Berkat kesuksesan ini, Howard Schultz pun menjadi salah satu orang terkaya di dunia versi Forbes. Melansir dari Forbes, Howard Schultz bahkan tercatat memiliki kekayaan bersih sebanyak USD3,9 miliar atau sekitar Rp58,5 triliun berkat kesuksesan Starbucks.