"Jadi, ethos kerja yang dibangun adalah problem solving (menyelesaikan masalah). Setelah saya belajar tentang creativity, ternyata creativity juga pada dasarnya bertujuan menjadi problem solving, “ papar Uti.
Akhirnya sebagai “seorang dirigen” dirinya mampu menampilkan orkestra yang apik, sehingga sejumlah klien menaruh rasa percaya terhadap kapabilitas yang mumpuni pada diri Uti. Dirinya menjadi terbiasa untuk bekerja secara sangat cepat, mematuhi tenggat waktu yang ekstra ketat, untuk menghasilkan pekerjaan output yang sempurna.
"Kuncinya adalah “tidak pernah mengatakan tidak bisa” kepada klien, karena pada dasarnya kita tidak pernah tahu, mana yang benar-benar kita tidak bisa lakukan sebelum kita mencoba. Disitulah yang kemungkinan membuat CCI mampu survive dalam 21 tahun ini, mencoba dulu apapun tantangan yang ada di depan mata.”
Semua itu dituliskannya dalam tinta hitam dalam buku bertajuk “Kreatif Berbisnis Kreatif – 21 tahun merawat bisnis kreatif,” yang ditulis Uti Sendiri. Dia adalah pendiri sekaligus CEO CCI, perusahaan konsultan marketing communication (marcomm).
Selama 21 tahun memimpin Creative Center, biro iklan yang didirikan tanpa persiapan yang matang, akhirnya mampu menghandle sejumlah klien di berbagai bidang, mulai dari institusi perbankan; perusahaan (korporasi) swasta dan BUMN termasuk di dalamnya perusahaan bergerak di bidang otomotif dan transportasi; kebutuhan pribadi (personal care); Lembaga Swadaya Masyarakat (NGO); produsen makanan jadi dan pangan kemasan serta produk olahan, resto; pengelola wisata belanja eceran; hingga rumah sakit.(TYO)