sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Harta Lima Orang Terkaya di Dunia Capai Rp13.500 Triliun

Inspirator editor Wahyu Dwi Anggoro
15/01/2024 08:35 WIB
Harta gabungan lima orang terkaya di dunia naik lebih dari dua kali lipat sejak 2020 menjadi USD869 miliar atau sekitar Rp 13.500 triliun.
Harta Lima Orang Terkaya di Dunia Capai Rp13.500 Triliun. (Foto: MNC Media)
Harta Lima Orang Terkaya di Dunia Capai Rp13.500 Triliun. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Harta gabungan lima orang terkaya di dunia naik lebih dari dua kali lipat sejak 2020 menjadi USD869 miliar atau sekitar Rp 13.500 triliun. Di sisi lain, lima miliar orang menjadi lebih miskin pada periode yang sama.

Dilansir dari Reuters pada Senin (15/1/2024), hal tersebut diungkapkan laporan dari kelompok aktivis anti-kemiskinan Oxfam. Peluncuran studi ini bertepatan dengan digelarnya Pertemuan Tahunan Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos.

Studi ini bertujuan untuk menyorot ketimpangan antara peningkatan harta kelompok miliarder dengan penurunan kualitas hidup para pekerja. 7 dari 10 perusahaan terkemuka dunia dimiliki atau dipimpin miliarder.

Menurut studi ini, perusahaan-perusahaan terkemuka dunia memberikan keuntungan besar kepada pemegang saham mereka dalam beberapa tahun terakhir. Di sisi lain, jutaan pekerja menghadapi krisis biaya hidup karena inflasi tinggi dan upah yang stagnan.

“Ketimpangan ini bukan suatu kebetulan,” kata Direktur Eksekutif Interim Oxfam International Amitabh Behar.

"Para miliarder memastikan perusahaan memberikan lebih banyak kekayaan kepada mereka dengan mengorbankan pihak lain," lanjutnya.

Oxfam mengatakan laporannya berdasarkan data dari berbagai lembaga internasional, termasuk Organisasi Buruh Internasional (ILO), Bank Dunia, hingga daftar orang kaya tahunan Forbes. Kelima orang terkaya di dunia yang disinggung di dalam studi tersebut ialah Elon Musk, Bernard Arnault, Jeff Bezos, Larry Ellison, dan Warren Buffett.

“Sistem kapitalisme saat ini memprioritaskan keuntungan yang terus meningkat bagi pemegang saham di atas tujuan lainnya. Ini mendorong kesenjangan,” kata Max Lawson, Kepala Kebijakan Ketimpangan.

Dari 1.600 perusahaan terbesar di dunia, hanya 0,4% yang secara terbuka berkomitmen untuk membayar upah layak kepada para pekerja dan mendukung upah layak dalam rantai nilai mereka, demikian temuan studi tersebut. (WHY)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement