IDXChannel—Angga Fauzan lahir dan dibesarkan dari keluarga yang sederhana hingga nyaris putus sekolah, namun hal tersebut tidak menjadi penghalang pagi pemuda asal Boyolali ini, ia berhasil menyelesaikan pendidikan S2 nya di Universitas Edinburgh, Inggris.
Ia adalah penerima beasiswa LPDP yang kini sukses mendirikan startup pengembangan skill, salah satu yang terbesar di Indonesia, yakni MySkill. Kisah inspiratif perjalanan akademi dan bisnisnya, diangkat di akun Instagram pribadi Sri Mulyani.
“Keluarga itu dulu tinggal di Jakarta Timur daerah Ciracas, bapak saya itu jual ayam goreng gerobakan tapi suatu ketika area tersebut digusur untuk menjadi taman akhirnya dari situ kita pindah ke kampung halaman bapak di Boyolali,” ujar Angga dilansir dari akun instagram (@smindrawati).
Setelah penggusuran, mereka terpaksa untuk tinggal di gubuk bekas kandang kambing milik sang kakek yang disulap menjadi rumah dengan bahan bangunan yang seadanya. Dari gubuk tersebut, kisah perjuangan Angga menempuh pendidikan hingga merintis startup dimulai.
Angga menceritakan saat dirinya mengambil ijazah SMP, ia dan bapaknya langsung pergi ke tempat kursus komputer tujuannya agar bisa langsung bekerja. Lalu, tanpa sepengetahuan orang tuanya ia pergi untuk mendaftar ke SMA yang diinginkan menggunakan baju bebas lalu sesampainya di sekolah ia mengganti bajunya dengan seragam.
Ketika ia diterima disekolah tersebut barulah ia memberitahu kedua orang tuanya, orang tuanya pun tidak bisa menolak. Uang pangkal senilai Rp1,7 juta harus dibayar dengan meminjam kesana kemari.
“Jadi waktu itu akhirnya karena udah dapat, bapak saya mencoba memaksakan diri nyari pinjaman kanan kiri, Alhamdulillah dapat,” ujar Angga.
Angga juga bercerita bahwa hobinya adalah menggambar dan membaca komik. Hal tersebut membuatnya ingin membuat komik buatannya sendiri.
Bahkan Angga sudah mendapatkan 16 penghargaan dari berbagai lomba menggambar yang ia ikuti.
Oleh karena itu, jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) merupakan idamannya untuk melanjutkan pendidikannya lebih tinggi, walaupun pada saat itu ia belum tahu bagaimana caranya untuk berkuliah sementara untuk membayar SPP SMA saja ia kesulitan.
Meskipun demikian, Angga tetap yakin dan optimis dengan mencari informasi melalui handphone lalu muncul Institut Teknologi Bandung dimana menjadi salah satu kampus terbaik di Indonesia.
Ketika anak-anak lain menggunakan uang untuk bimbingan belajar, namun Angga hanya berbekal buku bekas dan mempelajari soal-soal untuk ujian masuk perguruan tinggi.
Singkat cerita, ia pun berhasil masuk ke ITB jurusan DKV dengan jalur bidikmisi. Dengan kerja kerasnya selama di kampus ia sangat aktif dalam berorganisasi baik di dalam maupun luar kampus.
Semasa kuliahnya Angga mengaku tidak pernah diberi uang bulanan karena kondisi yang tidak memungkinkan, Angga hanya mengandalkan uang beasiswa dan bekerja sebagai guru privat untuk menambah penghasilan agar kebutuhan kuliah dapat terpenuhi.
Laki-laki kelahiran tahun 1994 ini tak berdiam diri, Angga bersama rekan-rekannya di Boyolali membangun sebuah komunitas yang diberi nama Boyolali Bergerak upaya pengembangan kota dan potensi masyarakat di Boyolali.
Saat ini komunitas tersebut semakin berkembang bahkan kini ada program baru seperti program beasiswa dan kakak asuh untuk pelajar SMA/SMK yang membutuhkan bantuan untuk kuliah. Saat ini dari 19 kecamatan di Boyolali sudah ada 11 kecamatan yang berhasil ia kembangkan.
Tak sampai disitu, Angga masih memiliki impiannya dalam melanjutkan pendidikan. Angga mempersiapkan segalanya agar bisa melanjutkan pendidikannya di Inggris. Melalui program beasiswa pemerintah yakni LPDP ia mencoba untuk mendaftar.
Selama tiga bulan ia terus menerus mengambil tes TOEFL namun belum ada yang memenuhi target. Jauh sebelum itu, Angga sudah menyiapkan 150 daftar pertanyaan dan jawaban dalam berbahasa Inggris dan Indonesia, Angga terus belejar dan pada 2017 ia kembali mencoba peruntungan di LPDP.
Sebelum pengumuman beasiswa Angga mengirimkan uang kepada ibunya dan meminta untuk dibuat syukuran satu RT. Keesokannya, Angga dinyatakan lolos untuk bersekolah di The University of Edinburgh UK dalam program Magister of Science, Design and Digital Media, Edinburgh College of Art.
Pada 2019 Angga berhasil mendapatkan gelar masternya dan memutuskan untuk langsung pulang ke Indonesia dan tidak mengikuti wisuda alasannya karena ingin menyiapkan pekerjaan di Indonesia. Tidak menunggu waktu yang lama, Angga dan rekan-rekannya mulai menginisiasi pembuatan startup pada bidang pendidikan yaitu MySkill.
MySkill sendiri adalah platform digital untuk membantu siapapun yang ingin belajar dan terutama untuk generasi muda yang akan membantu mereka untuk menyiapkan karirnya dan mencapai pekerjaan impiannya. Beberapa program yang dihadirkan yaitu digital marketing, analisis data, serta produk manajemen.
Kisah inspiratif perjuangan seorang Angga menjadi inspirasi para anak muda dan menjadi bukti bahwa kunci sukses untuk mewujudkan mimpi adalah niat dan optimis dalam berusaha. (NKK)
Penulis: Noviyanti Rahmadani