IDXChannel—Widodo Handani atau disapa akrab Doddy merupakan pengusaha sukses pemilik Bening Photography. Awalnya, ia hanya bekerja dengan gaji pas-pasan, kini ia mampu mengantongi omzet hingga ratusan juta rupiah.
Menurutnya Bening Photography memiliki filosofi yang dalam karena sesuatu yang indah, transparan, dan tajam. Pak Doddy memulai pekerjaannya sebagai fotografi pada tahun 2004, ia menceritakan kisahnya melalui kanal YouTube PecahTelur.
“Awalnya itu kita tukang foto biasa keliling kampung gitu kondangan terus ya Masya Allah akhirnya kita itu fokus ke wedding sampai 2010, nah pada saat saya mendirikan divisi company profile dan Bening Sekolah Photography (BSP),” ujar Doddy.
Dodi mengungkapkan dirinya ingin membuat sebuah perubahan, jika belajar fotografi tidak selalu memerlukan modal yang besar, dengan alat seadanya dan teknik yang sederhana juga bisa menghasilkan foto kualitas premium dan mendapatkan omset yang fantastis.
Kini Bening Sekolah Photography (BSP) sudah memiliki 107 angkatan dan 1.500 alumni murid fotografi seluruh Indonesia mulai dari Medan sampai Sulawesi. Hanya saja Papua yang belum.
Selain mengajarkan ilmu teknik fotografi profesional yang mutakhir, BSP juga mengajarkan praktek menjalankan bisnis fotografi secara langsung sehingga usaha fotografi bisa menghasilkan omset hingga puluhan bahkan ratusan juta rupiah.
Menurut Doddy, murid-murid yang pernah bersekolah di Bening Sekolah Photography kini bisa mendapatkan project dari klien korporasi dengan nilai project mencapai ratusan juta rupiah. Segmen fotografi untuk perusahaan memang menguntungkan, jauh lebih menguntungkan daripada proyek-proyek foto pernikahan.
"Project korporat itu nilainya beda. Waktu itu saya pertama kali sama PLN pada 2010, saya kerjakan project empat hari dengan nilai Rp16 juta, diketawain sama orang PLN," katanya.
Alasan klien dari PLN menertawakannya bukan untuk menghina, namun karena geli sebab Doddy masih polos dalam berbisnis. Saat itu, ia direferensikan oleh rekannya yang bekerja di bagian SDM. Ia lantas menawarkan untuk membuatkan company profile. Doddy mengaku tidak menyebutkan harga di awal.
Karena niatannya adalah untuk membangun portofolio, bukan untuk mengejar omzet. Selama empat hari ia mengerjakan project company profile itu tanpa memikirkan bayaran. Setelah project selesai, barulah klien PLN menanyakan berapa harga jasa fotografinya.
"Saya bingung, saya bilanglah, satu hari Rp4 juta saja. Jadi totalnya empat hari Rp16 juta. Karena bapak baik sama saya, saya diskon jadi Rp11 juta saja. Manajer PLN malah ketawa, 'Nggak kemurahan, mas?'"
Dari situlah, Doddy belajar mematok harga untuk klien korporasi. Menurutnya, untuk jenis pekerjaan yang ia ambil dengan PLN saat itu, satu hari seorang fotografer bisa mendapatkan bayaran Rp50 juta. Sehingga, dalam empat hari itu, Doddy mestinya bisa mengantongi Rp200 juta.
Dodi juga mengungkapkan dunia corporate itu sangatlah berbeda dengan personal customer, dalam corporate memang sudah ada alokasi pos-posnya untuk meningkatkan performa bisnis mereka sehingga suatu perusahaan bisa melontarkan dana yang besar asalkan menemukan partner yang tepat dan konten tersebut bisa signifikan meningkatkan kinerja perusahaan.
Berkat fotografi company profile inilah, Doddy bisa keliling Indonesia tanpa mengeluarkan uang sama sekali. "Pasar fotografi company profile itu sekarang masih terbuka lebar, apalagi sekarang makin banyak entrepreneur. Katalog makanan, menu kafe, itu pasarnya besar,"
Itulah kisah inspiratif Doddy Bening, fotografer yang berhasil mendirikan perusahaan dari bakat memotret. (NKK)
Penulis: Noviyanti Rahmadani