sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Kisah Inspiratif Penjual Sayur Serba Rp5.000: Tiga Jam Ludes, Omzet Rp2 Jutaan

Inspirator editor Kurnia Nadya
21/09/2024 19:31 WIB
Meskipun hanya berjualan saat event CFD yang hanya berlangsung selama tiga jam, Farida sukses mencatatkan omzet sekitar Rp1,5 juta sampai Rp2 juta.
Kisah Inspiratif Penjual Sayur Serba Rp5.000: Tiga Jam Ludes, Omzet Rp2 Jutaan. (Foto: YouTube/Cap Capung)
Kisah Inspiratif Penjual Sayur Serba Rp5.000: Tiga Jam Ludes, Omzet Rp2 Jutaan. (Foto: YouTube/Cap Capung)

IDXChannelKisah inspiratif penjual sayur dari Solo dapat menjadi inspirasi untuk bisnis kecil-kecilan. Farida adalah penjual sayur serba Rp5.000 di event Car Free Day Colomadu, Solo, setiap minggu. 

Meskipun hanya berjualan saat event CFD yang hanya berlangsung selama tiga jam, Farida sukses mencatatkan omzet sekitar Rp1,5 juta sampai Rp2 juta setiap kali membuka lapaknya di lokasi CFD Colomadu. 

Kelebihan lapak sayur milik Farida adalah rak display yang modern, membuat dagangannya tampak seperti minimarket. Padahal, rak display tersebut hanya dibuat sederhana. Namun berkat rak itu, konsumen dapat melihat semua sayur yang dijualnya. 

Selain itu, Farida juga membungkus sayur dagangannya dalam wadah styrofoam yang dibungkus rapat dengan plastik. Persis seperti penyajian di supermarket. Satu styrofoam sayur dihargai Rp5.000 saja. 

Sebelum berdagang sayuran, Farida pernah berjualan es coklat pada event rutin tersebut. Awalnya laris manis, tapi lama kelamaan omzetnya menurun karena tren es coklat mulai redup. Seperti diketahui, es coklat sempat viral pada masanya. 

“Saya akhirnya memikirkan bagaimana caranya untuk memaksimalkan waktu tiga jam namun omzetnya maksimal. Saya kepikiran sayur karena ibu jualan sayur, tapi kan kiloan saja di pasar,” kata Farida di kanal YouTube Cap Capung. 

Selain itu, Farida juga terinspirasi dari penyajian sayur di supermarket. Berangkat dari pengalaman belanjanya di supermarket, Farida mencoba meniru cara pengemasan ala supermarket itu. 

Selain membuat sayuran tampak lebih bersih, harga jualnya pun dipatoknya dengan angka bulat, yakni Rp5.000 per kemasan. Secara psikologis, angka ini terbilang pasti dan murah, terutama bagi ibu-ibu yang rutin belanja bahan makanan. 

Modal awal Farida tidak sampai Rp100.000, sebab dia hanya menjual sedikit awalnya. Selain itu, dia juga mengambil sayur dari tempat ibunya. Awalnya dia hanya menyediakan 30 kemasan saja. 

Lalu rak display dibuatkan oleh suaminya. Konsumennya pun makin berminat untuk belanja berkat rak display dan pengemasan yang menarik. Dalam satu hari, paling banyak Farida pernah menjual hingga 400 kemasan. 

Meskipun harganya murah, Farida terbukti tetap mampu mencatatkan keuntungan. Sebab tidak semua sayur dia beli dari pasar induk, banyak di antaranya dikirim langsung oleh petani ke rumahnya. 

Semua sayur yang dibelinya lalu dipilih dan dilap satu per satu sampai bersih. Lalu dibungkus rapi dengan styrofoam dan plastik wrap, proses pengemasan dimulai sejak malam hingga subuh. 

Adapun sayur yang disediakannya beragam. Mulai dari tomat, cabai, kangkung, bayam, pakcoy, sawi putih, kol, bawang, dan aneka bumbu dapur. Farida juga mengemas sayur sesuai resep. Misalnya sayur sop dan sayur asem. 

Kuantitas sayur dalam satu kemasan bisa berubah-ubah, sebab harga dari petani dan pasar pun bisa berubah-ubah. Namun Farida tetap mampu menyesuaikan kuantitas dengan harga jual agar patokan Rp5.000 tidak berubah. 

“Saya terinspirasi dari supermarket. Sayurnya bersih dan rapi, tapi saya buat agar harganya lebih ramah di kantong,” kata Farida. 

Itulah kisah inspiratif penjual sayur yang sukses menjalankan usaha sayur mayur di event CFD tiap minggu. 

(Nadya Kurnia)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement