“Alhamdulillah Rp4 juta bisa diputar, beli bahan kain perca di konveksi-konveksi. Kemudian dibuat kerajinan keset, waktu itu menghasilkan keset 200 buah per bulan, yang balik itu 150 keset,” ujar Romi.
Meskipun pada awal mengalami masa-masa sulit bahkan mendapatkan penolakan namun dirinya tidak pantang menyerah hingga akhirnya usahanya perlahan tumbuh. Saat ini pihaknya dapat memproduksi keset dari kain perca membutuhkan 3-5 truk bahan kain perca yang diambil dari konveksi.
“Perminggu kita 15.000 keset lain-lain kain untuk menyuplai pengrajin atau pengepul keset yang lain itu kainnya dari kita” ujar Romi.
Saat ini dirinya memberdayakan 500-700 perajin yang mana merupakan ibu rumah tangga di wilayahnya. Namun ia mengaku masih membutuhkan banyak karyawan untuk membantunya membuat keset. Sistem kerjanya, para karyawan membawa pulang bahan kain bekas dari konveksi untuk diolah jadi keset di rumahnya masing-masing.
Namun karyawannya harus bekerja dalam kelompok, satu kelompok berisi lima orang. Selain bermanfaat untuk menambah kesibukan para ibu-ibu, produksi keset ini juga dapat menjadi sumber pemasukan tambahan bagi para karyawannya yang rata-rata adalah ibu rumah tangga.