Setelah menikah pun ia melanjutkan upayanya untuk membuka sekolah khusus perempuan dan anak-anak dengan dukungan suaminya. Hal menarik lain dari tekad Kartini, ia pernah diolok-olok oleh guru Belanda hanya karena ia seorang perempuan dan pribumi.
Namun demikian, cemoohan itu tak mengecilkan hatinya untuk terus belajar. Saat dipingit, ia memperbanyak membaca buku-buku, koran, dan majalah untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasannya.
Ambisius Namun Tetap Patuh
Kartini menurut pada aturan pingitan, ia mematuhi aturan tersebut, bahkan juga menghormati keputusan orangtuanya untuk menjodohkannya dengan sang suami. Ia tak membangkang meskipun tak sependapat dengan keinginan orangtuanya dan stereotype tentang perempuan saat itu.
Namun demikian, Kartini tetap berupaya untuk mewujudkan impiannya untuk memajukan kesetaraan dan peluang perempuan Jawa.
Rendah Hati dan Sederhana
Meskipun terlahir dalam keluarga priayi, Kartini adalah seorang dengan pembawaan yang sederhana. Ia tak lantas bersikap dan berperilaku sombong ataupun gemar berfoya-foya menghabiskan harta.