sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Kisah Inspiratif Saptuari Sugiharto, Terjerat Utang Miliaran dan Lakoni Bisnis Tanpa Pinjaman

Inspirator editor Kurnia Nadya
08/02/2023 11:11 WIB
Saptuari adalah wirausaha yang pernah terjerat lingkaran utang, namun kini berhasil mengelola beberapa bisnis tanpa pinjaman sepeser pun.
Kisah Inspiratif Saptuari Sugiharto, Terjerat Utang Miliaran dan Lakoni Bisnis Tanpa Pinjaman. (Foto: Youtube/Pecah Telur)
Kisah Inspiratif Saptuari Sugiharto, Terjerat Utang Miliaran dan Lakoni Bisnis Tanpa Pinjaman. (Foto: Youtube/Pecah Telur)

Kisah Inspiratif Saptuari Sugiharto: Membiayai Kuliah Sendiri 

Saptuari diterima di Universitas Gadjah Mada. Saat itu ia bertekad untuk membiayai kuliahnya sendiri, karena tidak ingin merepotkan ibunya. Dari situ ia mulai mengenal dunia wirausaha. 

Saptuari memulai bisnis kecil-kecilan berupa percetakan stiker. Ia belajar mendesain stiker di software Corel Draw secara otodidak. Secara bertahap, pesanan ia diterima terus menerus hingga ia berhasil mengumpulkan uang untuk membayar uang semester, bahkan ia pun masih punya sisa untuk memberikan uang ke ibu dan adiknya. 

Ia juga masih tinggal dalam keadaan sederhana. Berlantaikan tanah, dinding belum diplester, bahkan sekat pun masih menggunakan seng. Namun Saptuari tetap tak enggan membantu ibunya untuk berjualan peyek di Pasar Lempuyangan. 

Selepas ospek Saptuari langsung bekerja menjaga swalayan di kampusnya dengan gaji seadanya. Namun dari situ, ia mengetahui soal bisnis stiker yang dititipkan ke swalayan kampus untuk dijual. Dengan modal sedikit, Saptuari mengajak temannya untuk berbisnis stiker. 

Dari yang hanya menjual di UGM, stiker yang ia cetak mulai dijual ke kampus-kampus lain seperti UII dan kampus lain di Solo. Ia memperoleh Rp1 juta hingga Rp2 juta, nominal itu tergolong besar pada tahun 2000an. 

Ia juga pernah berjualan celana. Berkeliling ke kampus untuk menjual dagangannya.

Kisah Inspiratif Saptuari Sugiharto: Mengenal Utang dan Melepaskan Diri Dari Jeratannya

Setelah lulus pada 2004, Saptuari pernah mencoba untuk melamar kerja di kantor. Namun ia merasa, bekerja di kantor bukanlah minatnya. Saptuari lebih suka berbisnis meskipun kecil-kecilan. 

“Kalau teman-teman SMA setelah lulus merasa bebas. Mereka salah, justru pertaruhan pertama dimulai. Pertaruhan selanjutnya setelah lulus, sampai saat ini masih ada sarjana yang kerjanya tidur saja,” lanjutnya. 

Lantas ia memulai bisnis percetakan, karena tidak punya modal cukup. Ia meminta izin ibunya untuk menggadaikan sertifikat rumah. Namun usaha yang ia dirikan terkena gempa Jogja. 

“Saat itu saya tidak tahu kalau hal-hal seperti itu sifatnya riba. Saya berhasil melunasi pinjaman dari hasil gadai itu. Namun godaan untuk terus meminjam datang justru setelahnya, saat saya tergiur untuk membeli barang-barang,” tuturnya. 

Saptuari mengaku puncak ia berutang adalah saat meminjam uang dari bank untuk membeli ruko tiga lantai seharga Rp600 juta. Sebelumnya, ia pernah membeli tablet, mobil, dan motor yang juga didapat dengan meminjam uang bank. 

Sejak saat itu, ia mulai merasakan hal-hal aneh pada bisnisnya. Ia mulai merasakan banyak hambatan, musibah, dan kendala di sepanjang perjalanan bisnisnya yang membuat uangnya habis entah ke mana. 

“Mobil saya baru keluar dealer sudah nyerempet pas parkir. Tapi saat itu saya masih belum tahu kalau itu riba. Puncaknya saat saya kemalingan, belasan komputer dicuri, ruko tiga lantai ludes dikuras maling,” kata Saptuari. 

Ia juga pernah mendapat musibah kecelakaan saat berkendara dengan mobilnya. Kendaraannya masuk jurang, syukurnya ia selamat dari kecelakaan itu. Selain itu, mesin printing yang ia beli dengan kredit terus-terusan rusak. 

“Mobil leasing saya itu juga pernah dipecah kacanya, iPad yang saya beli pakai kredit itu digasak. Lalu istri saya kecelakaan hingga kakinya retak. Dari situ saya merasa bisnis saya tidak berkah,” lanjutnya. 

Dari situ, ia mulai mempelajari riba dan mengapa riba dilarang. Ia mulai merasa bisnisnya stagnan, ia tak kunjung dikaruaniai anak padahal sudah enam tahun menikah. Akhirnya, Saptuari bertekad untuk terlepas dari jeratan utang. 

Ia mengaku pernah rugi Rp350 juta saat bermain trading derivatif emas dan forex dalam waktu tiga bulan. Ia menggunakan 90% uang pinjaman untuk trading. 

Setelah ia mulai bertekad, jalan keluar perlahan terbuka untuknya. Ia mendapati, ia punya 13 titik utang. Untuk melunasinya, Saptuari membutuhkan Rp2 miliaran. Namun ia bertekad untuk melunasinya. 

Setelah ia memantapkan niat, jalan dan berkah mulai ia rasakan. Ia dikaruniai anak setelah enam tahun menanti. Dari situ Saptuari merasa tertantang, ia menargetkan dirinya untuk melunasi utangnya sebelum sang anak lahir.  

Ruko ia jual dan ia menyusun buku tentang perjalanan bisnisnya. Tak disangka-sangka, penjualan buku itu meledak. Berbagai cara ia lakukan untuk melunasi utangnya dan benar ia berhasil melunasinya sebelum anaknya lahir. 

Setelahnya, ia merintis bisnis lagi, namun kali ini tanpa riba. Ia mendirikan resto yang menyajikan tengkleng. Jalannya untuk memulai bisnisnya itu pun sangat mudah. Pembelian bangunan sangat mulus. Ia juga melanjutkan bisnis percetakannya yang ia namai Kedai Digital. 

“Utang itu membuat hubungan persaudaraan dan pertemanan putus. Hidup tanpa utang itu tenang, bisnis yang sekarang saya kelola, bertahan sekalipun tanpa utang dan riba. Bisnis itu tidak menunggu sempurna, jalani saja sembari menyempurnakan,” tutup Saptuari. 

Demikianlah kisah inspiratif dari Saptuari Sugiharto. Ia berhasil melakoni bisnis tanpa berutang dan berhasil mempertahankannya. (NKK)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement