Saat itu, barang yang dijualnya adalah permen, biskuit, dan beragam barang dagangan dari toko ayahnya. Berkat keuletannya membantu berjualan ini, Eka berhasil mengumpulkan tabungan untuk merenovasi rumah orang tuanya.
Bahkan Eka kecil juga berhasil mengumpulkan uang untuk membeli becak yang kemudian dia gunakan untuk membawa barang dagangannya. Eka sendiri mulai berwirausaha pada 1938, ketika usianya masih belasan tahun.
Namun bisnisnya itu hancur setelah Jepang menduduki Indonesia dan mulai memasuki Makassar. Tentu Eka tidak menyerah, dia beralih berdagang barang kebutuhan pokok yang dibuang tentara Jepang saat menyerah.
Setelahnya, Eka mulai melakoni bisnis dengan skala yang lebih besar seperti perdagangana kopra, kelapa sakit, dan kertas. Dia bahkan rela pergi ke sejumlah daerah untuk mencari sentra-sentra kopra demi harga yang lebih murah.
Namun lagi-lagi, dia kembali gagal berbisnis, kali ini pada perdagangan kopra. Karena saat itu Jepang sempat memberlakukan monopoli pasar perdagangan minyak kelapa melalui Mitsubishi.