Semangatnya untuk membalas budi terhadap ibunya sangat besar yang membuat dirinya tak pantang menyerah untuk tumbuh dengan keterbatasan finansial. Selain mengirim surat kepada presiden, Aji juga mengirim surat ke kedutaan Australia untuk meminta buku pelajaran berbahasa Inggris.
Aji juga berani berlatih percakapan dengan orang asing untuk mengasah kemampuan berbahasa asing. Lika-liku perjalanannya Aji Bram bukan tanpa rintangan, namun karena semangat dan ketekunannya semuanya ia lalui hingga mengantarkan Aji kuliah ke luar negeri.
Sebenarnya, awalnya Aji menyelesaikan pendidikan dan bekerja di industri perhotelan. Namun dari industri itulah akhirnya ia terjun dunia fesyen. Peluang ini terbuka saat Aji mengejar pendidikan beasiswa di bidang manajemen hotel dan akuntansi di Swiss. Saat ia sedang bermain bulu tangkis, ia bertemu dengan seorang yang bekerja sebagai logistik pengadaan seragam hotel.
Karena mengetahui biaya produksi di Indonesia yang murah, orang tersebut menawarkan pekerjaan untuk membuat seragam kapal pesiar kepada Aji. Setelah berdiskusi panjang, akhirnya ia mengambil langkah besar untuk memproduksi seragam kapal tersebut dengan berkolaborasi dengan majalah fashion terkemuka, tak disangka ternyata hasilnya sangat memuaskan.
“Akhirnya aku balik ke Swiss terus ke kantornya dan orang tersebut berada di Kota Bassel. Aku datang dan membawa satu paket lalu dibuka ternyata itu diluar ekspektasinya hasilnya bagus banget,” ujar Aji Bram.