“Kita baru launching interior desain itu di tahun ketiga. Kita tidak tiba-tiba ngajak orang buat pakai jasa Dekoruma, enggak gitu. Di awal fokus kami hanya jual perabot. Bahkan dulu furnitur besarnya tidak banyak, dua tahun pertama hanya jual aksesoris rumah,” kata dia.
Selama dua tahun pertama pendirian Dekoruma, Dimas dan timnya berinvestasi besar-besaran melakukan branding di media sosial, sekaligus membangun kepercayaan dari pembelinya.
“Di awal kami fokus memperkuat base customer dengan menjual barang-barang yang murah dulu. Sehingga transaksinya juga puluhan ribu dalam waktu singkat, sampai di titik kami sadar media sosial sudah besar. Baru kita jualan sofa,” lanjutnya.
Pada titik itu, Dekoruma sudah mendapatkan kepercayaan konsumen. Setelah mulai menjual furnitur besar, Dekoruma mulai berani menawarkan jasa desain interior dengan menggandeng arsitek-arsitek terpercaya.

Ekspansi pembukaan toko ritel juga bukannya tanpa tantangan. Tim Dekoruma yang tadinya terbiasa menangani bisnis dengan teknologi, kini mesti berhadapan langsung dengan beragam karakter konsumen.