Saat dia diterima di sekolah tersebut, barulah Angga memberitahu kedua orang tuanya. Karena sudah terlanjur diterima sekolah, orang tuanya tak bisa menolak. Sang ayah berupaya memenuhi uang pangkal Rp1,7 juta dengan meminjam kanan-kiri.
Angga yang berbakat di bidang seni ini, berharap untuk melanjutkan pendidikan tinggi di jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV). Lagi-lagi dia terkendala biaya. Namun Angga tidak menyerah, dia mencari informasi dengan giat.
Berbekal buku bekas, dia mempelajari soal-soal ujian masuk perguruan tinggi. Usahanya membuahkan hasil, Angga diterima di Institut Teknologi Bandung melalui bidikmisi. Semasa berkuliah, Angga tidak pernah menerima uang bulanan karena keterbatasan orang tuanya.
Angga hidup mengandalkan uang beasiswa dan mengambil pekerjaan lepas dengan menjadi guru privat. Selain aktif berorganisasi di kampus, Angga dan rekan-rekannya di Boyolali aktif membuat program yang bermanfaat untuk masyarakat sekitar.
Komunitas yang diberi nama Boyolali Bergerak itu sukses mengembangkan potensi anak muda di Boyalali, bahkan 11 kecamatan di Boyolali telah berhasil ia kembangkan dengan program beasiswa dan kakak asuh untuk pelajar SMA/SMK yang membutuhkan bantuan kuliah.