"Ketika tenggelam, saya baca surah-surah Alquran pendek yang saya hafal. Anehnya, saya merasa nggak kesulitan bernafas di dalam air ketika tenggelam. Dan ketika saya terbawa ombak, saya minta tolong ke orang di atas atap rumah, dia tuli, tapi setelah saya panggil dia seperti mendengar dan membantu saya naik," ungkapnya.
Setelah selamat, kakaknya yang berasal dari Jakarta dan Batam menjemput dan merawatnya. Singkat cerita, setelah kondisi membaik, Firman melanjutkan sekolah dan bekerja sebagai staf IT di salah satu bank syariah terkemuka di Indonesia.
Kala itu, Khadafi yang juga bekerja sebagai staf IT di suatu perusahaan berniat mendirikan perusahaan software consultant. Khadafi mengajak Firman sebagai partnernya dan mereka memulai bisnis tersebut dari nol dengan modal Rp5 juta.
"Ketika Khadafi fokus di Amanah, saya masih bekerja. Jadi saya main 2 kaki. Akhirnya konsentrasi saya buyar. Dan saya memutuskan untuk resign meskipun grade saya diusulkan naik, meskipun banyak dipertanyakan," pungkasnya.
Proyek terbesar mereka saat merintis startup adalah ketika menghandle permintaan klien dari travel agent dengan nilai Rp250 juta. Klien Amanah juga tidak berasal dari tender, namun kebanyakan dari mulut ke mulut.